RemembeR

" hidup sekali, hiduplah yang berarti"

Mengenai Saya

Foto saya
Allow cendekiawan baru, ktemu dengan aq dlm blog ini. q asli reog city.blog ini berisi secara keseluruhan tentang pengetahuan. harapanq bermanfaat wuat QM-QM

Rabu, 11 Maret 2009

Kamis, 05 Maret 2009

pengelolaan kelas

PELATIHAN "MANAJEMEN KELAS INSPIRATIF"
UNTUK GURU PENDIDIKAN DASAR
Kelas pelatihan yang dirancang berdasar konsep `kelas sebagai arenapembaharuan' dengan guru sebagai `sang kreatornya'. Aspek-aspek
leadership dan social entrepreneurship guru, manajemen partisipatifmurid dan orangtua, psikografis personal murid dan kelompok kelas,
manajemen inovasi sekolah, serta kekayaan sumber belajar dalammasyarakat, adalah muatan yang ditelaah sekaligus menjadi pijakan
pengembangan model-model "Kelas Inspiratif". Konsep pengelolaanpembelajaran dalam kelas di masa lalu yang terbukti memberi daya
inspirasi ke siswa untuk masa yang panjang, serta pengalamankolektif banyak orang mengenai segala hal positif yang pernah
dirasakan dari bangku sekolah, adalah kondisi empirik yang dirujuksebagai sumber belajar sekaligus akan dibangun lagi bagi masa
mendatang. Pelatihan ini merupakan partner berharga bagi "sang gurupotensial" yang selama ini kurang atau belum memungkinkan secara
optimal melakukan aktualisasi sebuah "Kelas Inspiratif".http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/10103
Guna mencapai keberhasilan dalam pengajaran Bahasa Indonesia selain menmggunakan metode-metode di atas diperlukan juga pendekatan-pendekatan dalam pengajaran bahasa, pendekatan ini bertujuan agar siswa dapat dengan senang dan juga dengan mudah menyerap atau belajar seperti pendekatan komunikatif yang mempunyai hakikat bahwa bahasa adalah suatu sistem buat ekspresi makna. Beberapa pendekatan yang lain adalah:
• Pendekatan Situasional• Pendekatan Audiolingual• Pendekatan Responsi Fisik Total• Pendekatan Cara Diam• Pendekatan Pembelajaran Bahasa Masyarakat
• Pendekatan Alamiah
Beberapa faktor yang menurut saya menjadi penyebab kegagalan dalam pengajaran Bahasa Indonesia yaitu:
1. Pengajar bahasa yang memang kurang memahami teori bahasa, teori pembelajaran, tujuan pengajaran, silabus, tipe-tipe kegiatan yang akan digunakan, peranan pembelajar, peranan pengajar itu sendiri, serta peranan materi yang akan diajarkan.
2. Situasional yang tidak mendukung terciptanya kegiatan belajar dan mengajar bahasa seperti pengajar bahasa yang belum mampu berkomunikasi dengan lancar secara lisan dengan siswa, siswa yang berbeda kultur sosial dengan pengajar hingga tidak adanya ketertarikan kepada yang diajarkan.
3. Metode yang diterapkan oleh pengajar tidak cocok untuk siswa karena beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya dan juga alat-alat bantu pengajaran bahasa yang kurang memadai untuk pengajaran bahasa.
Jadi sebaiknya agar pengajaran bahasa mencapai keberhasilan seorang pengajar bahasa adalah orang yang berkompeten yaitu orang yang sepenuhnya mengerti, memahami serta mempunyai ide untuk menemukan jalan keluar atas masalah pengajaran bahasa yang dihadapinya serta mempunyai tujuan yang baik dalam mengajarkan bahasa. http://thejargon.multiply.com/journal/item/18/Kegagalan_Pengajaran_Bahasa_IndonesiaPendekatan dalam Pengelolaan Kelas 
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
a. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
b. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
c. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
e. Pendekatan Pengajaran 
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
g. Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi. 
h. Pendekatan Kerja Kelompok 
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
i. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. http://www.sekolah-dasar.blogspot.com/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html
Pengelolaan Kelas adalah Salah Satu Kompetensi Guru  
PERAN guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. 
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. 
Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal.
Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas. Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru dalam mengawasi tingkah laku siswa sekaligus menerapkan norma yang berlaku dan ditaati oleh siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Kedua, pendekatan kebebasan. Dalam proses pembelajaran siswa diberi kebebasan untuk belajar di kelas dan guru tetap mengawasi segala perilaku siswa dalam kelas. Pendekatan kebebasan digunakan untuk membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Ketiga, pendekatan resep yang dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merespons semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Keempat, pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan tersebut menganjurkan tingkah laku guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik dengan merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Kelima, pendekatan perubahan tingkah laku. Pengelolaan kelas merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa di mana tingkah laku siswa yang kurang baik diubah agar dapat menjadi baik dan yang sudah baik diupayakan dipertahankan. Hal ini sangat penting agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Keenam, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial. Pendekatan ini berorientasi pada pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu. Pendekatan ini cenderung pada pandangan penyuluhan. 
Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dengan terciptanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
Yang terakhir, pendekatan pluralistik. Pendekatan ini menekankan pada potensi, kreativitas dan inisiatif guru dalam mengontrol suasana pembelajaran. Karena itu, pendekatan pluralistik harus berdasarkan situasi yang dihadapinya. 
Penggunaan pendekatan ini dalam situasi yang mungkin dipergunakan dengan mengombinasikan dua atau tiga pendekatan di atas, atau pendekatan lain yang dinilai guru dapat efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam arti kata, pendekatan ini lebih bersifat fleksibel. 
Sebagai catatan tambahan, tidak ada satupun pendekatan yang cocok dan tepat untuk semua situasi. Makanya, pendekatan mana yang terbai digunakan, semuanya bergantung pada kreativitas dan kemampuan guru mengelola kelas dalam berbagai situasi yang tentu berbeda pula.
Sumber: www.fajar.co.idhttp://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=830&Itemid=28
  WebMail | KSI | Messenger | Kartu Elektronik | Forum Diskusi | Net Kuis | Iklan Baris | Kliping Berita
Belajar Mengajar Online
Ayo Bersama Meningkatkan Mutu Belajar dan Mengajar
« Antara Kurikulum, Pengajaran dan Buku Teks
PENDEKATAN INQUIRI DALAM MENGAJAR »
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
<>Selanjutnya pendekatan dalam pembelajaran, ada juga pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendakatan pembelajaran. Masalahnya ialah proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada yang bersifat kelompok
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas, untuk menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas antara lain ialah,
1. Pendekatan Otoriter
2. Pendekatan Permisif
3. Pendekatan Pengubahan Perilaku
4. Pendekatan Sosio - Emosional.
5. Pendekatan Proses Kelompok
1. Pendekatan Otoriter’
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
a. perintah dan larangan
b. penekanan dan penguasaan
c. penghukuman dan pengancaman
d. Pendekatan perintah dan larangan
Pendekatan ini tampak mudah, namun kenyataan kurang mantap dalam pelaksanaan. Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertenru.
Seorang pengajar yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif. Jangkauan tidakan reaktif ini hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.Kesulitan lain bahwa pendekatan perintah dan larangan itu bersifat “resep”, karena kalau resep yang berupa perintah atau larangan itu gagal maka pengajar sulit untuk menghadapi masalah yang dihadapi. Sehingga dengan pendekatan perintah dan larangan ini tidak membuka peluang bagi tindakan yang luwes dan kreatif. Di sinilah sifat otoriter dari pendekatan perintah dan larangan itu datang bertumpuk untuk melakukan tugas-tugas di sekolah. Akibatnya pengajar kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan hanya mengandalkan penerapan pendekatan tersebut untuk masalah yang sama, yang mirip dan sementara cocok. Dengan demikian pengajar dikatakan kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
b. Pendekatan penekanan dan penguasaan
Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mernentmgkan diri pengajar sendiriseirama dengan dengan pendekatan pertama, pengajar banyak memerintah. mengomel danmemarahi. Seiring pula dalam melakukan pendekatan dengan memakai pengaruh orang-orangyang berkuasa (misalnya pimpinan sekolah, orang tua). Melakukan tindakan kekerasansebagai pelaksanaan penekanan, menyatakan ketidaksetujuan dengan kata-kata, tindakan ataupandangan menunjukkan sikap penguasaan. Semua contoh pendekatan demikian bersifatotoriter atau berkuasa atas diri orang lain. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelaskita menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan ini maka memungkinkanpembelajar diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya- Bagi pengajar pendekatan
penguasaan dan penekanan ini berarti memaksakan kehendak bagi orang lain. Sehingga tahaptoleransinya kurang terbina. Pendekatan semacam ini kurang tepat, kurang toleransi. kurangbijaksana.
c. Pendekatan Hukuman dan Pengancaman
Pendekatan penghukuman muncui dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran. menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakai: atau menghukum seseorang di depan pembelajar, memaksa pembelajar untuk meminta maaf. memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini tidak dibenarkan karena kurang manusiawi setiap pembelajar kurang mendapatkan penghargaan sebagai individu yang mempunyai harga diri. Pendekatan penghukuman dan pengancaman ini termasuk penanganan yang kurang tepat, bersifat otoriter kurang manusiawi
Berdasarkan dari pendekatan-pendekatan yang otoriter ini kiranya bila dilaksanakan dapat memberi pengaruh tertentu, tetapi hasil-hasil yang muncui da sekedar mengubah tingkah laku sesaat. Sangat disayangkan apabila tindakan itu diikuti oleh tingkah laku yang negatif pada diri pembelajar. Pada umumnya tindakan otorite kurang menguntungkan, hasilnya berupa tingkah laku atau pemecahan sementara. Sementara tersebut belum menjangkau inti permasalahan yang sebenarnya. melainkan baru
menjangkau gejala-gejala yang muncul dipennukaan belaka.
2. Pendekatan Permisif
Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan
pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar.
Berbagai bentuk pendekatan dalam peiaksanaan pengeiolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar.
a. Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar diantaranya:
• meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
• memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan .
• menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya
• menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain
• mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota
Melalui pendekatan ini pengajar memandang mudah, tak banyak risiko. Namun sebenarnya pengajar gegabah dalam mengambil cara pendekatan, terlalu memandang mudah mengalihkan, menukar, mengganti suatu tugas atau penanggung jawab. Padahal pembelajar memiliki harga diri pribadi serta pola berpikir yang masing-masing tidak sama.
b. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan. Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu meiakiikan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
3. Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan ini berdasar pada teori bahwa semua perilaku pembelajar baik yang disukai maupun yang tidak adalah hasil belajar. Melalui pendapat tersebut maka dapat dikenal prinsip-prinsip bahwa:
Semua bentuk pendekatan yang berupa penguatan positif maupun negatif, hukuman, penghilangan berlaku dalam proses belajar bagi setiap tingkatan umur dan semua keadaan. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruh oleh kejadian-kejadian yang Berlangsung di lingkungan
a. Pendekatan Penguatan
Teori pengubahan perilaku menyatakan bahwa penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya akan memperoleh ganjaran. hadiah (penguatan atau pendorong). Contoh : Pada akhir tahun ajaran. kelas akan memberi hadiah bagi yang meraih kejuaraan. Usaha pemberian hadiah atau ganjaran ini ini dimaksud untuk memberi penguatan tertentu
agar muncul suatu penampilan perilaku baru yang semakin mantap. kuat dan disetujui. Perilaku yang diperbuat berupa perilaku yang disukai maupun yang tidak disukai. Perilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk diteruskan.
Contoh : Di kelas seorang pembelajar menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi kurang menyenangi pelajarn Matematika. Kedua perilaku terhadap dua pelajaran yang disenangi perlu diperkuat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu. Bila perilaku yang disukai menghasilkan suatu hasil belajar dengan pola perilaku yang baik perlu diberi penguatan berikutnya berupa ganjaran atau hadiah. Berarti hasil belajar yang berupa perilaku itu dapat diteruskan. Penguatan dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Umumnya penguatan diberikan kepada pembelajar yang menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar perilaku tertentu yang dikuasai pembelajar disebut penguatan positif. Sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil kepada diri pembelajar disebut penguatan negatif.
b. Pendekatan penghukuman dan penghilangan
Teori pengubahan perilaku melalui penggunaan perangsang yang tidak menyenangkan bentuk menghilangkan perilaku yang tidak menyenangkan disebut penghukuman untuk menghilangkan atau meniadakan. Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.
Para penganut pendekatan pengubahan perilaku berpendapat bahwa :
Mengabaikan atau menghilangkan perilaku yang disukai dan memperlihatkan persetjuan terhadap perilaku yang disukai merupakan tindakan yang efektif untuk membina tingkah laku pembelajar dalam kelas, memperlihatkan persetujuan atas tingkah yang disukai merupakan kunci dalam pengelolaan kelas melalui pengubahan perilaku ini.
Melalui empat proses yakni penguatan positif, penguatan negatif, penghukuman dan penghilangan maka tugas pengajar adalah menguasai, menerapkan proses tersebut secara tepat serta mengawasi tingkah laku pembelajar dengan penuh kewaspadaan.
4. Pendekatan Iklim Sosio Emosional
-Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi
dari hubungan yang baik antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pembelajar. Hubungan diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara pribadi yang dipen’garuhi oleh
a. Sikap keterbukaan dan tidak berpura-pura.
b. Penerimaan dan kepercayaan pengajar kepada pembelajar dan sebaliknya.
c. Rasa simpati pengajar terhadap pembelajarnya.
Pengajar yang akan menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu menyadari kenyataan bahwa “Cinta” dan “rasa harga diri” merupakan dua kebutuhan dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar jika pembelajir itu ingin mengembangkan perasaaii harga diri sukses. Suatu pengaiam sukses perlu muncul pada diri pembelajar dan pembelajar perlu belajar meraih sukses melalui ^engalaman sendiri. Tugas belajar dalam pengelolaan kelas adalah membuka kemungkinan sebesar-besarnya bagi pembelajar bertindak dan menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk memandang .dirinya sebagai individu yang berharga. Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan yang menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi, kecemasan, tanpa harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah laku menyimpang.
Kelas yang diliputi oleh hubungan inter personal yang baik merupakan kondisi yang beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang berkondisi dan bersituasi demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan tentram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar oleh kekuasaan, penekatan tertentu. Penekanan sistem sosio emosional berakar dari pandangan yang menutamakan hubungan saling menerima, sikap empati sebagai sesama manusia. Melalui pendekatan ini pembelajar benar-benar percaya bahwa pengajar penuh dedikasi dalam membina belajarnya. Apabila pembelajar perilaku menyimpang maka pengajar dapat memisahkan kesalahan dari orang yang berbuat salah, dan menolak perbuatan yang menyimpang.
Fungsi pengajar ialah mengembangkan hubungan baik dengan setiap pembelajar. Bila pengajar ingin secara maksimal membantu pembelajar belajar perlu melaksanakan sikap kesadaran diri sendiri, keterbukaan, sikap menerima, menghargai mau mengerti dan menaruh rasa empati. Ide-ide pokok pendekatan iklim sosio emosional ini dikemukakan oleh Carl Rogers. Sebagai rangkuman Rogers mengemukakan kondisi-kondisi yang mempengaruhi keberhasilan belajar yakni:
- Sikap pengajar terhadap pembelajar dalam bentuk penampilan diri secara wajar,penerimaan diri, dan rasa empati. Ide ini diperkuat oleh pendapat Girrot bahwa komunikasiyang interaktif perlu diselenggarakan oleh pengajar yang berorientasi pada pembelajar.Menurut Glosser, penciptaan iklim sosio emosional terjadi bila tcrdapat keterlibatan tanggung jawab sosial danmerasa dirinya “berarti” bagi orang lain. Bagi mereka yang meiakukan perilakumeyimpang hendaknya dibantu untuk memperbaiki diri. Salah satu saran dan Glosseruntuk mengatasi masalah kelas/kelompok hendaknya melalui pertemuan kelas untukmemecahkan masalah sosial.Pandangan Dreikurs terhadap iklim sosio emosional adalah :
- pentingnya suasana kelas yang demokratis pengajar, pengajar dan pembelajar bersamasama mewujudkan tanggung jawab terhadap kelas demi kelancaran belajar mengajar.
- pemikiran dan kewaspadaan terhadap pengaruh akibat-akibat tertenru baik akibat alamiah
dan akibat logis.
Contoh akibat alamiah dari kekurang hati-hatian bekerja di laboratorium tangan terbakar, kompor meiedak, sedang akibat logisnya ialah pembelajar yang bersangkutan mengganti alat yang dirusakkan, menanggung de.i’a pada tangan yang terluka.
Dengan pendekatan iklim sosio emosional ini pembelajar dipandang sebagai “keseluruhan pribadi yang sedang berkembang”, bukan semata-mata sebagai seorang yang mempelajari pelajaran tertentu saja
Anggaran dasar dari pengelolaan kelas ini bahwa :
a. Kegiatan pembeiajar di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok tertentu.
b. Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
5. Pendekatan Proses Kelompok
Penggunaan pendekatan proses kelompok ini menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang sehat yang terdapat dalam kelas yang didukung adanya saling berhubungan antar pembelajar dalam kelompok di kelas itu. Peranan pengajar diutamakan pada upaya mengembangkan dan mempertahankan ke eratan hubungan antar pembelajar semangat produktivitas, dan orientasi pada tujuan kelompok bukan tujuan pribadi. Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas pemakaian pemdekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa perilaku yang menyirnpang pada dasarnya bukan peristiwa yang menimpa perorangan tetapi menyangkut banyak orang dalam kelompok berupa peristiwa sosial yang harus ditanggung oleh sekelompok orang. Tujuan utama dari pendekatan proses kelompok ini ialah membantu kelompok bertanggung jawab atas perbuatan kelompok anggota-anggotanya dalam kegiatan kelompok sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan pengawasan yang mantap terhadap terhadap anggota-anggotanya.
Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pengajar ialah :
- Meningkatan daya tarik dan ikatan bagi anggota-anggotanya melalui menumbuhkan sikap saling menghargai, komunikasi yang tepat,
- Mengembangkan aturan-aturan dan norma kelompok yang menayangkan, produktif, diterima oleh semua anggota, kompak, bersatu dan bertanggungjawab.
-Menurut Schmuck dan Schmuck ada 6 unsur yang menyangkut pengelolaan kelas melalui proses kelompok yakni harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan hubungan.
a) Harapan merupakan persepsi yang ada pada pengajar dan pembelajar tentang hubungan mereka. Harapan yang akan menyangkut bagaimana anggota kelompok berperilaku amat berpengaruh terhadap suatu kelompok yang efektif. Harapan yang berkembang adalah harapan pada diri pengajar dan pembelajar yang realistik tepat. secara ielas dimengerti oleh pengajar dan pembelajar. Perilaku pengajar menampakkan harapan-harapan yang berkenaan dengan perilaku pembelajar, serta pembelajar berperilaku sesuai dengan harapan pengajar. Semestinya pengajar memiliki harapan agar pembelajamya berperilaku baik sesuai dengan norma kelompok kelasnya.
b) Kepemimpinan diartikan sebagai pola perilaku yang mendorong kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan tak dapai dipisahkan dengan :
• tindakan-tindakan anggota kelompok• menumbuhkan norma kelompok• menggerakkan kelompok untuk berbuat• mengorganisasikan tindakan kelompok• mejiingkatkan mutu interaksi antar kelompok
Juga dalam membina keeratan kelompok. Suatu kelompok dalam kelas tercipta jika terdapat kepemimpinan yang didistribusikan pada semua anggota kelompok. Sehingga setiap anggota merasakan bahwa mereka mempunyai tanggung melaksanakan tugas kelompok dengan baik. Pengajar yang efektif dalam pengelolaan kelas proses kelompok ini adalah pengajar yang mampu menciptakan iklim di mana pembelajar mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan dengan baik yang berorientasi pada tujuan.
c) Kemenarikan berkaitan erat dengan pola keakraban dalam hubungan kelompok. Kemenarikan dapat juga diartikan sebagai tingat hubungan persahabatan di antara para anggota kelompok. Tingkat kemenarikan ini tergantung pada hubungan interpersonal yang positif. Berarti melalui hubungan interpersonal yang baik, positif di antara para anggota kelompok memungkinkan dalam pengelolaan kelas dapat dihindari tingkah laku yang menyimpang. Untuk itu usaha pengajar meningkatkan sikap menerima dari para anggota terhadap situasi dan perubahan ataupun hadirnya orang lain akan membantu efektivitas
pengelolaan kelas melalui proses kelompok.
d) Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, cara merasakan (menghayati), dan bagaimana bertingkah laku yang diakui bersama oleh anggota kelompok. Norma amat besar pengaruhnya dengan hubungan interpersonal, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang diharapkan dari orang lain. Norma kelompok yang efektif adalah yang menjamin prpduktivitas kelompok dan sebaliknya. Tugas pengajar dalam membantu kelompok adalah mengembangkan, menerima dan mempertahankan norma norma kelompok yang produktif. Norma kelompok akan membantu pembelajar untuk bertingkah laku. Norma tidak dapat dipaksakan. Tetapi norma yang produktif akan berkembang sedang norma yang sah produktif akan disingkirkan kelompok. Diskusi kelompok salah satu penerapan metode untuk memberikan norma yang produktif.
e) Komunikasi baik vertikal maupun non verbal merupakan dialog antar anggota kelompok.
Komunikasi melibatkan kemampuan individu untuk sdaling mengemukakan ide-ide dalam perasaan orang lain. Dengan komunikasi akan terjadilah interak,si antar anggota kelompok yang memungkinkan terjadinya proses kelompok yang efektif. Dalam komunikasi yang efektif terjadi bahwa penerima mampu menafsirkan informasi secara benar atau melalui proses yang benar. Tugas pengajar adalah menumbuhkan interaksi dan komunikasi ganda yakni membukakan saluran komunikasi yang memungkinkan semua pelajar secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaan serta mau menrima pikiran dan perasaan yang dikumunikasikan oleh pengajar atau kepada pengajar. Untuk itu pengajar perlu mengem¬bangkan kemampuan khusus berkomunikasi.
f) Keeratan berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok. Keeratan menekankan pada hubungan individu tehadap kelompok secara keseluruhan, bukan hubungan individu lain. Yang mendorong berkembangnya keeratan dalam kelompok adalah :
- adanya minat yang besar bertahap tugas-tugas kelompok.- para anggota saling menyukai- kelompok memberikan prestise tertentu kepada anggotanya.
Keeratan kelompok dapat tumbuh apabila kebutuhan individu danat terpenuhi dengan jalan menjadi anggota kelompok itu. Pengajar dapat mengeiola kelas secara efektif karena ia mampu menciptakan kelompok yang erat dan memiliki Donna yang terarah pada tujuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implikaa dari pengelolaan kelas yang melalui proses kelompok harus berfungsi dan terarah pada tujuan dengan memperhatikan: a) pengajar mampu mengungkapkan harapan dalam hubungan interpersonal antar anggota/kelompok. b) pengajar mampu mewujuSkan pengarah-pengarcinc) pengajar memperlihatkan rasa kemenarikan dan empati dalam membantu pembelajar
(saling menerima. saling memberi, menyediakan kesempatan).
d) pengajar membantu pembelajar mengatasi konflik antara peraturan kelompok dengan
norma kelompok, juga dengan sikap-sikap individu.
e) pengajar mampu mewujudkan keterampilan berkomunikasi.
f) pengajar mampu meningkatkan keeratan hubungan antar anggota dalam kelompok terhadap
kelompok bukan untuk individu yang lain.
Sebagai pembanding anda pelajari jenis kegiatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Johnson dan Mary Bany, bahwa penglolaan kelas ditekankan adanya : ‘
a. Kemudahan (fasilitation), merupakan tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan atau
mempermudah perkembangan kondisi-kondisi positif di kelas, antara lain meliputi:
(1) terbinanya kesatuan dan kerjasama(2) mengembangkan aturan dan prosedur kerja(3) menerapkan kondisi-kondisi positif(4) menyesuaikan dengan pola tingkah laku kelompok.b. Pertahanan, merupakan pola tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki dan memper-
tahankan kondisi yang efektif dalam kelas, antara lain:
(1 ) mempertahankan semangat(3) mengurangi masalah pengelolaan yang bersifat kelompok
Melengkapi pendapat dari nilai-nilai tersebut Kounin mengemukakan tingkah laku yang penting dalam pengelaolaan kelas yang sukses yaitu kegiatan penghayatan, peliputan, gerak sesuai dengan target dan waktiu perhatian yang terpusat pada kelompok semua tingkah laku lebih menyangkut pembelajar sebagai kelompok kelas. Demikian efektivitas proses kelompok dalam pengelolaan kelas tergantung dari gerak dan dinamika kelompok.
B. Prosedur Pengelolaan Kelas
Apabila anda telah mempelajari uraian contoh pada setiap kegiatan utamanya pada kegiatan belajar 3 ini dapat anda memahami bahwa usaha pengelolaan kelas sebenarnya sukar dipisahkan pengertian dan prosedurnya. karena pengelolaan kelas berupa “pekerjaan” -yang harus dilahirkan dan acapkali muncul bahkan setiap pengajar mesti mengalami. Pelaksanaan suatu pekerjaan harus melalui prosedur sebagai tahap yang jelas.
Prosedur adalah langkah-langkah untuk melakukan suatu pekerjaan. Pengelolaan kelas merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakuikan oleh pengajar. Kegiatan-kegiatan mengelola kelas mengacu kepada tindakan yakni:
1) Tindakan preventif (pencegahan), tindakan ini berupa kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
2) Tindakan kuratif (penyembuhan), tindakan ini berupa kegiatan mengatasi atau memperbaiki kondisi karena terjadi tingkah laku pembelajar yang menyimpang baik secara individual maupun kelompok sehingga mengganggu dan menurunkan kondisi optimal dari proses belajar mengajar yang berlangsung. Dimensi tindakan kuratif dapat pula dibagi dalam dua aspek tindakan yakni:
• aspek tindakan yang segera diambil oleh pengajar kajena terjadi gangguan sewaktu waktu
• aspek tindakan terhadap tingkah laku yang telah terlanjur dalam beberapa lama berlangsung supaya tidak berlarut-larut. Prosedur pengelolaan kelas merupakan langkah langkah yang ditempuh untuk melakukan pekerjaan pengelolaan kelas dengan baik. Langkah-langkah yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan masalah mulai dari merencanakan sampai menyusun suatu langkah-langkah operasional. Tindakan pencegahan merupakan lerapi yang tepat sebelum munculnya tingkah laku yang nienyimpang dan mengganggu kondisi belajar mengajar. Langkah-langkah dalam tindakan pencegahan bersifat strategis ian mendasar. Adapun prosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan sebagai:
1. Peningkatan kesadaran diri sebagai “pengajar”
Peningkatan kesadaran diri sebagai pengejar inilah yang paling suategis dan mendasar karena mampu meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini untuk. menghilangkan sikap otoriter dan sikap permisif yang dipandanng kurang manusiawi dan kurang realistik.
2. Peningkatan kesadaran siswa
Peningkatan kesadaran pembelajar pada dirinya untuk menanggulangi sikap kemalasan, sikap menyerahkan tanggung jawab, kurang puas. Mudah kecewa, mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Oleh karena itu pembelajar perlu memahami hak dan kewajiban sebagai pembelajar dalam suatu kelompok, kelas aiau sekolah.
3. Sikap tulus hati, kejujuran dari pengajar
Sikap tulus hati, jujur, polos, terbuka adalah suatu modal untuk menciptakan kondisi yang optimal untuk membelajarkan pembelajar. Karena sikap pengajar inilah pembelajar menjadi semakin percaya dan merupakan stimulus yang positif
4. Mengenal masalah dan menemukan alternatif pendekatan pengelolaan kelas.
Seorang pengajar hendaknya mampu mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku pembelajar yang sifatnya individual maupun kelompok.
Tingkah luku yang menyimpang dari pembelajar kemungkinan disengaja. mungkin untuk menarik perhatian antara atau untuk merenksi negatif. Untuk itu pendekatan yang dimmakan dalam rnengatasi masalah penuelolaan kelas harus tepat pula
6. Membuat kontak sosila, yang berarti mampu menyusun peraturan. norma.
Nilai dan norma. Nilai dan norma terpadu datang dari pengajar dan pembelajar. Norma disusun -melalui kontak sosial yang baik dengan bentuk daftar aturan atau tata tertib serta sangsi yang mengatur kehidupan kelas. Kontak sosial ini merupakan standar tingkah laku individu maupun kelompok dalam kelas
Prosedur Pengelolaan kelas dimensi penyembuhan
1) Mengidentifikasi pembelajar yang mengalami kesulitan dalam kelas.
Hal ini dengan melihat latar belakang keadaan pembelajar. Dalam langkah ini termasuk identifikasi penyimpangan atau pelanggaran itu.
2) Membuat rencana yang diperkirakan (estimasi) paling tepat untuk menghadapi masalah penyimpangan atau pelanggaran tata tertib. Data dari langkah pertama sebagai dasar penyusunan rencana. Diupayakan rencana penanggulangan atau perbaikan setepatnya agar tidak menimbulkan reaksi negatif.
3) Menetapkan waktu pertemuan dengan pembelajar atas persetujuan bersama. Dalam langkah ini mengandung tiga pokok kegiatan : perlukan pertemuan ini diadakan, kapan ketetapan mengadakan pertemuan untuk mencari penyelesaian.
4) Mengemukakan tujuan pertemuan, manfaat yang diperoleh pembelajar dan sekolah. Maksud pertemuan dijelaskan agar pembelajar menyadari pentingnya pertemuan kelas. Manfaat pertemuan dijelaskan agar pembelajar dapat mengambil hikmahnya dalam tingkah laku dan hidupnya.
5) Kesadaran akan kekurangan pada manusia (pengajar-pembelajar). Pengajar bukanlah yang sempurna pembelajarpun demikian, yang penting bagi kita berusaha menghindari tingkah laku yang menyimpang. Kita menyadari kelemahan. Oleh karena itu tinggal bagaimana sikap kita menghadapi kelas dengan tingkah laku yang hetrogen sehingga akhirnya dari langkah ini pembelajar merasa terhimbau untuk ikut menciptakan kondisi yang optimal bagi proses belajar mengajar.
6) Pengajar berusaha membawa pembelajar kepada pokok masalah terhadap pelanggaran peraturan yang berlaku.
7) Pengajar mengupayakan pembelajar berdiskusi seca.ra aktif dan pembelajar lebih responsif.
 Pertemuan pemecahan masalah sampai terjadi kontak individual dalam memperbaiki tingkah laku pembelajar.
9) Melakukan tindak lanjut dan pengawasan terhadap perubahan tingkah laku pembelajar untuk mendapatkan bahkan seperlunya.
Bila disederhanakan 4 langkah tersebut terdiri dari :
1) Langkah identmkasi masalah
2) Langkah analisa masalah
3) Langkah alternatif pemecahan, pelaksanaan dan penilaian pemecahan masalah.
4) Langkah balikan dari hasil alternatif pemecahan masalah.
10) Melalui prosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan dan penyembuhan hendaknya para pengajar mampu melaksanakan dengan baik agar benar-benar kondisi tercipta dengan optimal untuk kelancaran proses belajar mengajarhttp://pakdesof.blog.plasa.com/

Sebab-Sebab Turunnya Rizki

Sebab-Sebab Turunnya Rizki
Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.
Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka.
Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:
- Takwa Kepada Allah
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya.” (At Thalaq 2-3)
Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.
Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, “Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya.”
Allah swt juga berfirman, artinya,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. 7:96)
- Istighfar dan Taubat
Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
“Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. 71:10-12)
Al-Qurthubi mengatakan, “Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rizki dan hujan.”
Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”, lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Ada lagi yang mengatakan, “Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!” Maka beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Maka orang-orang pun bertanya, “Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar.” Beliau lalu menjawab, “Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)
Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.
- Tawakkal Kepada Allah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3)
Nabi saw telah bersabda, artinya,
“Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.
Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.
- Silaturrahim
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
“Dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim.” (HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
“Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur.” (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.
- Infaq fi Sabilillah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. 34:39)
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak.”
Juga firman Allah yang lain,artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2:267-268)
Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, “Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu.” (HR Muslim)
- Menyambung Haji dengan Umrah
Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas’ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya,
“Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.
- Berbuat Baik kepada Orang Lemah
Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,
“Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. al-Bukhari)
Dhu’afa’ (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.
- Serius di dalam Beribadah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu.”
Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu’ hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.
Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.
Al-Sofwah( Sumber: Kutaib “Al Asbab al Jalibah lir Rizqi”, al-qism al-ilmi Darul Wathan. )

Kunci Meraih Kesuksesan

KESALAHAN

Lampiran
URLJenis MIME
Tambahkan link lampiran
TulisEdit HTML
Ukuran huruf
  
Tebal Miring
  
Warna Teks
  
Tautan
  
Rata Kiri Rata Tengah Rata Kanan Rata Penuh
  
Daftar Bernomor Daftar Berbutir Blockquote
  
Periksa Ejaan
  
Tambah Gambar
  
Tambah Video
  
Menghapus Format dari bidang pilihan
  
Pratinjau
masukkan tag cetak tebal masukkan tag cetak miring
  
masukkan tautan
  
masukkan blockquote
  
Periksa Ejaan
  
Tambah Gambar
  
Tambah Video
  
Pratinjau
Opsi Entri
Label untuk entri ini:
contoh skuter, liburan, musim gugur
Semua Label:




dan entri

Jalan pintas: tekan Ctrl dengan: B = Tebal, I = Italic, P = Publikasikan, D = Konsep lainnya
Masih Menerbitkan Mengunggah Video Batal
Anda dapat melanjutkan mengedit posting Anda selama upload, namun tidak dapat menutup jendela ini atau mempublikasikannya hingga proses selesai.
Memproses Video... Batal
Anda dapat menyimpan posting dan kembali mempublikasikan setelah proses selesai.
Terbitkan Entri
Simpan sebagai Konsep

RUMUSAN JUDUL PENELITIAN KUALITATIF

RUMUSAN JUDUL PENELITIAN KUALITATIF
Nama : Nur Abidin
NIM : 243062186
Semester : VIII
Prodi : PAI

1. MELAKUKAN PENJAJAGAN AWAL MENEMUKAN MASALAH `
 Mutu penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah umumnya belum dapat melahirkan lulusan yang berkualitas.
 Pendidik; sebagian besar tenaga pendidik Pendidik; sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah belum berkualifikasi sesuai sesuai dengan tuntutan perundang-undangan. undangan.
 Kurikulum sebagian besar madrasah Belum dapat mengimplementasikan standar isi dan belum sepenuhnya dapat mencapai standar mencapai standar kompetensi lulusan minimal. Persentase lulus UN cukup menggembirakan, kurang lebih 92%, tetapi perolehan nilai rata-rata masih rendah.
 Manajemen; penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah yang 91,4 % swasta, umumnya belum dikelola dengan manajemen yang profesional.
 Sarana prasarana; belum memadainya sarana dan prasarana pada sebagian besar madrasah.
 Status; belum sepenuhnya percaya diri dalam pengelolaan dan penyelenggaraan dan terbatasnya peluang penegerian sehingga madrasah negeri, yang umumnya telah memenuhi standar minimal, hanya berjumlah 8,6%.

2. MENJELASKAN ALASAN KELAYAKAN PENELITIAN KENAPA FENOMENA TERSEBUT LAYAK DITELITI.
 Persepsi masyarakat dan pemerintah yang cenderung diskriminatif, sehingga madrasah kurang mendapatkan perhatian, termasuk dalam penyediaan anggaran, bahkan ada yang menganggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua setelah sekolah.

3. DIALOG TEORITIK

1. Madrasah telah kehilangan akar sejarahnya, artinya keberadaan madrasah bukan merupakan kelanjutan pesantren, meskipun diakui bahwa pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia.
2. Terdapat dualisme pemaknaan terhadap madrasah. Di satu sisi, madrasah diidentikkan dengan sekolah karena memiliki muatan secara kurikulum yang relatif sama dengan sekolah umum. Di sisi lain, madrasah dianggap sebagai pesantren dengan sistem klasikal yang kemudian dikenal dengan madrasah diniyah.
Darmu'in (1998). Prospek Pendidikan Islam di Indonesia: Suatu Telaah terhadap Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

3. Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan dan di saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan madrasah tampak makin dibutuhkan orang.
Nashir, H. (1999). Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

4. Menurut Drs. Burlian Samad pendidikan islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuranAllah.

Drs. H. Jalaluddin, Drs Abdulah Aly(1998). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung : CV Pustaka Setia

5, Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), madrasah memiliki kedudukan dan peran yang sama dengan lembaga pendidikan lainnya (persekolahan). Namun demikian perhatian pemerintah terhadap keberadaan madrasah masih sangat kurang, bahkan menurut Yahya Umar menyebutnya sebagai "forgotten community". Pernyataan Yahya Umar tersebut bagi banyak orang mungkin mengejutkan, namun realitas membenarkannya. Berdasarkan data yang dikeluarkan Center for Informatics Data and Islamic Studies (CIDIES) Departemen Agama dan data base EMIS (Education Management Syatem) Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama, jumlah madrasah (Madrasah Ibtidaiyah/MI (SD), Madrasah Tsanawiyah/MTs (SMP) dan madrasah Aliyah/MA (SMA)) sebanyak 36.105 madrasah (tidak termasuk madrasah diniyah dan pesantren). Dari jumlah itu 90,08 % berstatus swasta dan hanya 9,92 % yang berstatus negeri
Fadjar, M.A. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan, 1998.
4. Judul Penelitian
UPAYA PENINGKATAN MUTU MADRASAH BERBASIS SOSIAL SKILL DI MAN II PONOROGO


Menyetujui, Nama Mahasiswa
Ketua prodi



NIP NIM
LEMBAR RUMUSAN MASALAH
Nama : Nur Abidin
NIM : 243062186
Semeter : VIII
Prodi : PAI

1. Judul Penelitian
Upaya peningkatan mutu madrasah berbasis sosial skill di MAN II Ponorogo.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana karakteristik dasar pendidikan madrasah dan problematikanya ?
2) Apa tantangan dan peluang madrasah dalam mogernitas?
3) Bagaimana persepsi dan kebijakan pemerintah terhadap madrasah?
4) Bagaimana Alternatif pengembangan mutu madrasah berbasis Sosial Skill?



Menyetujui, Nama Mahasiswa
Ketua prodi


NIP NIM

pemuda

Pemuda harus berani maju menjadi pemimpin. Namun bukan kaum muda yang suka foya-foya dan suka dugem," kata Menpora Adhyaksa Dault.
jika pemuda suka foya-foya dan dugem, menurutnya, maka lebih baik pemimpin yang tua namun bersahaja. Meski demikian akan lebih baik lagi jika kaum muda yang bersahaja. Kaum muda harus memiliki wawasan, punya visi dan misi, bisa mengartikulasikan keinginan masyarakat, serta mempunyai rekam jejak yang bagus.

"Saat ini memang sangat besar dorongan agar kaum muda menjadi pemimpin. Namun jangan hanya melihat popularitas saja, tapi juga harus mampu menyelesaikan masalah," kata Adhyaksa.

Saat Orde Baru, sambung dia, sirkulasi kepemimpinan nasional mandek dengan alasan untuk menjaga stabilitas. Kaum muda sulit maju menjadi pemimpin karena jika menyingkirkan yang tua, dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas.

"Akibatnya ada seorang menteri yang menjabat empat hingga lima kali. Namun sejak reformasi terjadi, dorongan agar kaum muda mengambil peran yang lebih besar meningkat," pungkas Adhyaksa
Faham Nasionalisme Pemuda Perlu Ditingkatkan
Indonesia sudah sejak lama menjadi incaran para konspirator. Tujuannya mereka ingin memecah belah bangsa dan menguasai segala macam sumber daya alam yang ada. Ada tujuh skenario yang hendak dilakukan dalam upaya memuluskan rencana itu. Indikasi itu sudah mulai terlihat. Maka seluruh komponen bangsa terutama para pemuda harus meningkatkan faham nasionalisme dan tidak melupakan sejarah. Apa saja indikasi yang hendak dilakukan konspirator tadi berikut paparan Dr. Ir. Pandji R. Hadinoto, Ketua Departemen Politik dan Hukum DHN'45 kepada Nuryaman dari Parle. Sejauh mana peran pemuda sebagai agen perubahan kehidupan bernegara dalam pandangan Anda? Pemuda memang selalu menjadi energi daripada perubahan dan pembangunan di negara manapun. Dalam kaitan dengan 2008 ini sebaiknya pemuda melihat agak jauh dalam sisi ketahanan nasional, seperti yang biasa disebut sebagai Ancaman, Hambatan, Gangguan dan Tantangan, (AHGT) terutama dalam tujuh aspek yaitu Ipoleksosbud Hankam atau Astagatra. Mengapa hal itu dianggap perlu? Begini saya melihat wawasan kebangsaan banyak diciderai. Ini tidak lain karena distorsi dari berbagai informasi. Jadi tidak ada salahnya kalau kita saling mengingatkan. Hanya bagi yang sadar seperti dari nasionalis 45, terutama dari Menteng Raya 31, kita merasa wajib untuk memberi pencerahan. Apalagi kita sebagai warga Jakarta, dikenal sebagai kota juang.
Tahun 1908 di Kwitang digelar kebangkinan nasional, sumpah pemuda sekarang dikenal Kramat Raya dan proklamasi digelar di Pegangsaan Timur 56 sekarang di kenal jalan proklamasi. Termasuk BKS sebagai cikal bakal TNI kita juga ditekadkan tanggal 23 Agustus bermarkas di rumahnya Subianto pamannya Prabowo. Jadi memang kita sebagai warga Jakarta sebaiknya tidak melupakan kewajiban sejarah ini untuk terus mengobarkan, meng gelorakan jiwa juang bangsa. Dalam kaitan 2008 dengan sumpah pemuda ini kalau kita lihat AHGT tadi, kita mencermati tahun 2012 ada sasaran untuk memecah belah Indonesia menjadi 17 negara bagian. Dengan tujuh skenario yaitu, memperlemah negara kesatuan Indonesia, menghapus idiologi Pancasila, menempatkan uang sebagai dewa, menghapus rasa cinta tanah air, menciptakan sistem multi partai, menumbuhkan sekularisme, dan membentuk tata dunia baru. Sejak kapan tekad itu dimulai? Sejak 1776 di Baslou Swis. Jadi mereka memang sudah lama ingin memetakan dunia dalam tatanan sesuai versi dan keinginan mereka. Mereka yang dimaksud siapa? Kalau menurut informasinya kita sering dengar istilah delusiverians konspiration atau konspirasi internasional. Jadi kita harus memahami memang ada ancaman semacam itu. Apa maksud mereka? Yang jelas ingin menguasai sumber daya ekonomi Indonesia. Ini sudah gerakan yang disebut perang generasi kelima. Non unifo rm combatan, serdadu yang tidak pakai uniform tapi sudah dilatih untuk mengacau balau bangsa kita. Mereka itu sudah sukses menurunkan John Perkins tahun 1971. Informasi terakhir mereka akan menyiapkan 20 ribu tentara resmi. Ini bukan sesuatu yang rahasia lagi publik sudah banyak mengetahui lewat media massa. Apa yang bisa dilakukan 2008 ini? Tentunya kita harus bisa melawan itu. Kami nasionalis 45 yang dari Menteng Raya 31 ini pada tanggal 18 Oktober yang lalu, ada tim tujuh yang berhasil merumuskan 7 resolusi sumpah pemuda. Selain tiga yaitu tanah air, bahasa dan bangsa, ada empat lagi yang perlu dijadikan pondasi yaitu; kita punya idiologi yang namanya Pancasila, UUD 1945 satu-satunya konstitusi buat negara, NKRI satu-satunya bentuk negara, bendera merah putih satu-satunya pemersatu daripada bangsa. Sejak kapan rencana konspirator tadi ingin memecah belah Indonesia? Sudah lama. Indikasi itu sudah terlihat, misalnya mereka ikut dalam merekayasa amandemen UUD 1945. Pada tanggal 25 lalu di TIM ada peluncuran buku mengenai rekayasa UUD 1945 tadi oleh Amin Ariyoso. Memang 25 Oktober kemarin ini secara serentak, ternyata kesadaran itu ada dimana-mana. Tanpa dikomando ternyata para komponen nasionalis 45 sudah bergerak. Jadi kesimpulannya pondasi rumah Indonesia ini perlu diperkuat dengan tujuh resolusi tadi. Masihkah pemuda menjadi agen perubahan sosial politik kita sekarang ini? Seharusnya demikian, ada beberapa pemuda yang sebetulnya mempunyai kesadaran itu. Terbukti waktu kita melaksanakan dialog lintas generasi 80 tahun sumpah pemuda beberapa waktu lalu banyak pemuda yang hadir dan mereka bisa memahami situasi dan kondisi saat ini. Jadi menurut saya kita tidak perlu kuatir, hanya memang dari sisi pemerataan kesadaran ini sebetulnya yang dikuatirkan. Memang populasi daripada penyebaran kesadaran ini kurang kuat tapi bu kan berarti tidak ada. Lantas bagaiman seharusnya pemuda merefleksikan perannya saat ini menghadapi konspirator tadi? Yang penting mereka mau belajar terutama dari generasi penerus seperti generasi 45. Karena seringkali pemuda sekarang merasa sudah bisa menjadi pemimpin, melihat dari sisi umur padahal sebetulnya kurang persiapan. Pemuda sekarang hanya sekadar bisa berekspresi, tapi sebetulnya tidak punya pengalaman misalnya mengelola satu masalah. Mereka bisa menulis, bisa berwacana tapi berbuat belum pernah bahkan belum diakui masyarakat luas. Sedangkan yang pandai dan sering menangani masalah malah tidak pernah muncul. Untuk melawan gerakan tadi apa yang harus dilakukan pemuda? Saya kira mereka harus meningkatkan faham nasionalisme. Salah satu caranya dengan memahami sejarah, karena Sun Tzu mengata kan untuk mengambil kebijakan ke depan harus bercermin dari sejarah masa lalu. Kalau dalam bentuk angka untuk membuat kebijakan hanya 20 persen dari upaya. Sedangkan 40 persen memahami masa kini, 40 persen lagi memahami sejarah masa lalu. Jadi 40, 40, 20 untuk mendapatkan 20 puluh yang sempurna. Itu rumusnya. Untuk inilah pemimpin pemuda dalam usia katanya siap menga mbil peran sebagai pemimpin memang harus belajar 40, 40 tadi. Bukan cuma sekadar bermimpi soal 20 tadi, bahkan cuma 10 atau 15 persen barangkali karena tidak cermat. Jadi memang masalah pemuda tidak bisa diredukasi menjadi soal umur secara biologis, tapi dilihat dari aspirasi. Belum tentu yang umurnya tidak muda lagi, jiwanya bukan pemuda. Masih banyak saya temui yang umur 70 pun masih berjiwa pemuda. Mereka itu ada di angkatan 45 dan 49, eks dari tentara pelajar dan pembela tanah air. Mereka masih berkenan memberikan pencerahan, menu larkan jiwa semangat nilai juang 45.
ORGANISASI KEPEMUDAAN JANGAN TRADISIONAL
Menteri Negara Pemuda (Menegpora ) Dr. Adhyaksa Dault, SH, M.Si, meminta agar pengelolaan organisasi Kepemudaan jangan hanya sekedar rutinitas dan tradisional karena mereka akan ditinggalkan anggotanya.?Tapi harus modern, kata Adhyaksa saat membuka tiga kegiatan sekaligus yakni Temu Pemuda Serantau I, Bakti Pemuda Internasional dan Rakernas Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) di Yogyakarta, Sabtu (2/6) malam. Sebagaimana disampaikan Humas Kantor Kemenegpora, di Jakarta.
Saat ini, banyak organisasi yang dikelola secara rutinitas dan tradisional sehingga tidak ada pembaharuan, tidak sesuai dengan tuntutan zama, maka akan sulit berkembang. Organisasi kepemudaan, katanya, harus memperhatikan pengembangan sumber daya manusia dan aturan main organisasi agar terus bias survive (bertahan). Dan tidak ditinggalkan anggotanya.
Walaupun aturan mainnya bagus namun SDM-nya buruk maka organisasi tidak jalan. Demikian pula jika SDM-nya baik namun aturan mainnya buruk, katanya. Organisasi kepemudaan, katanya, juga perlu memperbaiki permasalahan internal organisasi sebelum berperan ke arah yang lebih besar. Pada kesempatan itu Adhyaksa juga meminta Pemuda untuk siap menghadapi era ?Globalisasi tidak bisa ditahan sehingga harus dihadapi. Jika para pemuda tidak siap menghadapi globalisasi maka Indonesia hanya akan mudah dimanfaatkan oleh bangsa lain, paparnya. Adhyaksa mengharapkan Temu Pemuda Serantau dan Bakti Pemuda Internasional yang diikuti Pemuda dari Indonesia, Malaysia, Singapura,m Thailand dan Kamboja dapat meningkatkan kemampuan Pemuda dalam menghadapi globalisasi, dan dapat menyaring pengaruh buruk globalisasi.
DEKLARASI PEMUDA INDONESIA
Pemuda Indonesia adalah ahli waris cita-cita bangsa yang syah dan sekaligus adalah generasi penerus, yang telah ikut meletakkan dasar-dasar kermerdekaan bangsa Indonesia, dengan melewati suatu simponi perjuangan yang panjang.

Tapak-tapak sejarah dibelakang kami, adalah kesaksian yang paling nyata dan tonggak kebenaran, tentang usaha dan pengorbanan yang tiada taranya, telah memberikan kesadaran dan tanggung jawab pada kami untuk kami teruskan sebagai pesan suci.

Kami pemuda Indonesia menyadari sepenuhnya dengan khidmad menagkap getaran Sumpah Pemuda yang menggariskan dan mengejawantahkan tekad satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa dan piranti kesatuan dan kesatuan, lainnya: Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kami bertekad untuk mengarahkan seluruh upaya dan kemampuan guna menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan kesadaran kami sebagai satu bangsa yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dengan menjaga dan ikut serta melaksanakan haluan negara yang menjadi penuntun bagi langkah-langkah kemudian.

Oleh sebab itu pengabdian yang menjadi tanggung jawab kami selaku generasi muda masa kini adalah keharusan diri menyatukan tenaga dan pikiran untuk ikut serta mengisi kemerdekaan dengan lebih segera mempercepat pembangunan dan kemajuan masyarakat.

Kami menyadari sepenuhnya akan panggilan dan makna kami sebagai kaum muda adalah salah satu faktor penggerak untuk sesuatu yang lebih berarti bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia, menuju jenjang yang lebih tinggi dan luhur, demi tercapainya masa depan yang lebih baik.

Dihadapan kami terbentang masa depan dan hasil pembangunan bangsa kami. Generasi muda dan hasil pembangunan adalah masa depan itu sendiri. Oleh karena itu, generasi muda, pembangunan dan masa depan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dengan rasa tulus dan ikhlas menyatakan diri berhimpun dalam langkah dan gerak bersama demi tercapainya cita-cita generasi muda Indonesia.

Maka dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami menyatakan dengan resmi berdirinya Komite Nasional Pemuda Indonesia.
Kaum Muda Terlalu Banyak Berhura-hura
ABDUL Mu'ti adalah MEd Direktur Eksekutif Centre for Dialogue and Cooperation among Civillisations (CDCC), Jakarta.Tak banyak ''anak muda'' apalagi yang merintis karier di daerah memiliki peran menonjol di dunia kepemudaan dan pendidikan internasional. Apa pendapat Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah 2002-2006 ini terhadap keterpurukan pemuda Indonesia? Bagaimana menimbulkan pencerahan di tengah-tengah ketakberdayaan bangsa. Berikut perbincangan dengan Penasihat Bidang Islam dan Kepemudaan The British Council,Inggris 2006-sekarang ini di Jakarta, belum lama ini.
Pada masa pergerakan nasional, anak-anak muda semacam Soekarno atau Hatta mampu memimpin menggerakkan kesadaran dan perlawanan terhadap penjajah. Mengapa sekarang tidak muncul lagi anak-anak muda seperti itu?
Ada beberapa faktor yang harus kita lihat, mengapa peran pemuda pada zaman pergerakan nasional berbeda dari saat ini. Pertama, saat zaman pergerakan kita masih sebagai bangsa terjajah. Struktur pemerintahan Indonesia belum ada. Kondisi saat itu menyebabkan siapa saja bisa tampil dan menjadi pemimpin melalui organisasi masing-masing. Secara sistemik karena tidak ada antrian maka siapa saja bisa tampil.
Kedua, secara psikologis ketika seseorang hidup dalam zaman yang menghadirkan tantangan begitu berat, maka tingkat kematangannya akan bisa lebih cepat terbentuk sehingga para pemimpin kita saat itu bisa tampil pada usia muda. Belum lagi, juga disertai dengan begitu banyak hasrat dan semangat yang membara untuk merdeka.
Berbeda dari sekarang, situasi yang terjadi telah membuat kaum muda harus antre dari orang tua yang ingin mempertahankan posisi dan kemapanan. Belum lagi kini banyak anak muda yang menjadi generasi anak mama.
Kemakmuran ekonomi kadang membuat orang menjadi manja. Ketersediaan bermacam-macam fasilitas oleh keluarga juga sering membuat seseorang jadi enggan menghadapi tantangan. Mereka merasa kondisi seperti ini sudah enak dan berusaha mempertahankan. Itu saja. Jadi mereka tak punya tantangan untuk lebih mandiri dan berkarya. Padahal mereka sebenarnya punya kesempatan.
Sebenarnya apa saja titik lemah generasi muda kita saat ini? Mengapa banyak yang apatis terhadap perbaikan nasib masyarakat dan bangsa?
Banyak sikap generasi muda kita yang saya prihatinkan. Mereka tidak peka lagi terhadap aspek sosial masyarakat. Juga terhadap politik. Mereka jadi generasi cuek yang tidak merasa dekat dengan masyarakat. Mengenai mereka yang apatis terhadap politik, ini mungkin karena pertama, mereka menganggap politik sebagai sesuatu yang dianggap kotor.
Selain itu saat ini juga tidak ada figur atau tokoh politik yang bisa menjadi idola, karena penampilan politikus kita juga masih memprihatinkan. Faktor lain adalah pendidikan. Saat ini pendidikan politik juga tidak mereka dapatkan di sekolah. Mereka hanya mendapat pelajaran tentang kewarganegaraan yang lebih bersifat teoritis, karena memang sekolah harus steril dari politik.
Yang juga sangat memprihatinkan, generasi muda kita lemah dalam bidang kewiraswastaan. Mereka memang ingin bekerja, namun hanya sebagai pekerja, bukan orang yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Ini masalah yang sangat serius karena jumlah wiraswasta kita kan masih di bawah 1%. Padahal jika kita ingin menjadi bangsa yang secara ekonomi lebih cepat kemajuannya, maka jumlah wiraswasta sekurang-kurangnya 2% dari jumlah penduduk. Untuk menjadi wiraswasta yang tangguh seorang harus memulai sejak muda.
Memang kita sudah memiliki lembaga-lembaga seperti HIPMI dan sebagainya, namun ia belum efektif untuk mendorong kelahiran wiraswasta-wiraswasta muda yang benar-benar ingin memacu kreativitas dan kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja.
Nah, jumlah kaum muda kita memang mayoritas, tetapi secara kualitas sangat jauh dari negara-negara maju. Kalau ini tidak segera dibenahi secara serius oleh pemerintah melalui jalur pendidikan, terutama yang menyangkut masalah kepemimpinan, ke-ormas-an dan jalur politik, maka masa depan kepemimpinan kita bisa sangat memprihatinkan.
Nasionalisme kaum muda telah luntur? Apa penyebabnya?
Ini juga akibat dampak negatif globalisasi yang luar biasa. Mereka memang tampil sebagai generasi slengekan. Kaum muda terlalu banyak guyon, berplesetan, dan berhura-hura saja. Akhirnya hal-hal yang serius sering diabaikan. Kalaupun dibahas ya diplesetkan seperti politik yang kini juga sering diplesetkan.
Karena pengaruh globalisasi yang kuat dan di sisi lain keterpurukan di berbagai bidang menyebabkan generasi muda kita tidak punya kebanggaan sebagai anak Indonesia. Bidang olahraga kita tidak bisa membanggakan diri lagi.
Kita memang sempat bangkit, yaitu saat penyelenggaraan final Piala Asia. Anak-anak muda kita bangkit dengan penuh semangat memberikan dukungan dan perhatian yang begitu hebat walaupun tim nasional hanya menang sekali. Dengan sekali menang saja sepertinya sudah mampu membangkitkan nasionalisme, kecintaan, dan kebanggan terhadap prestasi bangsa.
Dalam soal pemimpin pun, kita juga memiliki problem. Siapa sih pemimpin nasional yang kini bisa kita banggakan? Hampir saja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan hadiah Nobel terkait perdamaian di Aceh, tetapi itu pun pupus juga. Kita mungkin bisa berbangga dengan prestasi anak-anak kita yang tergabung dalam tim olimpiade fisika, juga biologi dan sebagainya. Akan tetapi mereka itu anak-anak hibrida. Yang perlu kita cermati adalah tidak sedikit dari anak-anak hibrida tersebut sudah diijon oleh perguruan tinggi ternama di luar negeri. Bila apresiasi di sana lebih baik, maka akan semakin sedikit dari mereka yang nanti pulang ke Indonesia. Saat ini mereka dapat hadiah yang nilainya tidak seberapa dibandngkan prestasi yang mereka raih. Ini tentu akan sangat bertolak belakang dari mereka yang ikut Indonesian Idol, AFI dan sebagainya. Dalam waktu yang relatif singkat mereka itu bahkan bisa menjadi miliader pada usia muda.
Bagaimana cara membangkitkan mereka? Juga apa tafsir baru untuk nasionalisme sehingga bisa merasuk ke generasi muda saat ini?
Berdasarkan penelitian, anak-anak muda lebih suka menonton televisi yang dipenuhi program tak mendidik. Terlalu banyak menonton televisi menyebabkan kemampuan menulis dan membaca lemah. Mereka menjadi orang yang pasif. Terlalu banyak tayangan yang isinya hanya pacaran anak-anak SMP dan SMA.
Aduh sangat sedih kita ini. Untuk menanggulangi berbagai masalah ini, perlu langkah bersama yang sistemik. Sekolah atau pendidikan bukan segalanya, karena tetap perlu dukungan dari orang tua dan masyarakat dalam pembenahan karakter kaum muda kita.
Cara yang lain adalah dengan memberi mereka pengalaman berharga, seperti pertukaran pemuda dengan negara lain, teruma negara maju. Saya yakin ini akan menumbuhkan nasionalisme. Saya beberapa waktu lalu ke Selandia Baru. Generasi muda Selandia Baru adalah orang keturunan Maori atau Fiji yang tetap mampu berbahasa asli mereka, mampu berbahasa Inggris sebagai bahasa negara, lalu mereka mengambil major bahasa Jepang dan siap mengikuti pertukaran pemuda ke negara mana pun juga.
Berinteraksi secara global perlu untuk menunjukkan jati diri. Saya sekarang sedih karena tidak bisa menyanyikan lagu Jawa. Hanya sedikit yang saya hafal. Padahal pada saat pertukaran pelajar atau pemuda, kita diharapkan mampu menghadirkannya. Mereka tidak mengharapkan kita menyanyikan lagu-lagu dunia, tapi mereka ingin dengar lagu kita, lagu daerah kita, juga pakaian khas kita. Saya justru bangga dan sering pakai batik akibat saya sering bergaul dengan pemuda-pemuda dari banyak negara. Untuk hal seperti ini kita perlu mencontoh Jepang. Mereka maju sedemikian rupa tanpa meninggalkan warisan sejarah dan budaya.
Bagaimana permasalahan yang menimpa generasi muda Islam Indonesia? Juga bagaimana solusinya?
Kita banyak mengalami ketertinggalan, misalnya dalam bidang keilmuan. Sebagian besar mereka yang berprestasi di tingkat internasional adalah anak-anak nonmuslim. Memang ada kecenderungan radikalisme dan eksklusivisme meningkat. Banyak yang lahir kembali sebagai pemuda muslim tapi menunjukkan sifat radikal yang bahkan justru tertarik terorisme.
Masalah pengangguran dan kemiskinan juga menimpa generasi muda muslim. Dan ini juga ikut menyuburkan bibit-bibit radikalisme. Ada pula persoalan kriminalitas dan narkoba. Menghadapi masalah yang seperti ini, maka pola pendidikan dan pembinaan generasi muda muslim tidak cukup dengan memperbanyak ceramah

Pengikut