RemembeR

" hidup sekali, hiduplah yang berarti"

Mengenai Saya

Foto saya
Allow cendekiawan baru, ktemu dengan aq dlm blog ini. q asli reog city.blog ini berisi secara keseluruhan tentang pengetahuan. harapanq bermanfaat wuat QM-QM

Kamis, 05 Maret 2009

pengelolaan kelas

PELATIHAN "MANAJEMEN KELAS INSPIRATIF"
UNTUK GURU PENDIDIKAN DASAR
Kelas pelatihan yang dirancang berdasar konsep `kelas sebagai arenapembaharuan' dengan guru sebagai `sang kreatornya'. Aspek-aspek
leadership dan social entrepreneurship guru, manajemen partisipatifmurid dan orangtua, psikografis personal murid dan kelompok kelas,
manajemen inovasi sekolah, serta kekayaan sumber belajar dalammasyarakat, adalah muatan yang ditelaah sekaligus menjadi pijakan
pengembangan model-model "Kelas Inspiratif". Konsep pengelolaanpembelajaran dalam kelas di masa lalu yang terbukti memberi daya
inspirasi ke siswa untuk masa yang panjang, serta pengalamankolektif banyak orang mengenai segala hal positif yang pernah
dirasakan dari bangku sekolah, adalah kondisi empirik yang dirujuksebagai sumber belajar sekaligus akan dibangun lagi bagi masa
mendatang. Pelatihan ini merupakan partner berharga bagi "sang gurupotensial" yang selama ini kurang atau belum memungkinkan secara
optimal melakukan aktualisasi sebuah "Kelas Inspiratif".http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/10103
Guna mencapai keberhasilan dalam pengajaran Bahasa Indonesia selain menmggunakan metode-metode di atas diperlukan juga pendekatan-pendekatan dalam pengajaran bahasa, pendekatan ini bertujuan agar siswa dapat dengan senang dan juga dengan mudah menyerap atau belajar seperti pendekatan komunikatif yang mempunyai hakikat bahwa bahasa adalah suatu sistem buat ekspresi makna. Beberapa pendekatan yang lain adalah:
• Pendekatan Situasional• Pendekatan Audiolingual• Pendekatan Responsi Fisik Total• Pendekatan Cara Diam• Pendekatan Pembelajaran Bahasa Masyarakat
• Pendekatan Alamiah
Beberapa faktor yang menurut saya menjadi penyebab kegagalan dalam pengajaran Bahasa Indonesia yaitu:
1. Pengajar bahasa yang memang kurang memahami teori bahasa, teori pembelajaran, tujuan pengajaran, silabus, tipe-tipe kegiatan yang akan digunakan, peranan pembelajar, peranan pengajar itu sendiri, serta peranan materi yang akan diajarkan.
2. Situasional yang tidak mendukung terciptanya kegiatan belajar dan mengajar bahasa seperti pengajar bahasa yang belum mampu berkomunikasi dengan lancar secara lisan dengan siswa, siswa yang berbeda kultur sosial dengan pengajar hingga tidak adanya ketertarikan kepada yang diajarkan.
3. Metode yang diterapkan oleh pengajar tidak cocok untuk siswa karena beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya dan juga alat-alat bantu pengajaran bahasa yang kurang memadai untuk pengajaran bahasa.
Jadi sebaiknya agar pengajaran bahasa mencapai keberhasilan seorang pengajar bahasa adalah orang yang berkompeten yaitu orang yang sepenuhnya mengerti, memahami serta mempunyai ide untuk menemukan jalan keluar atas masalah pengajaran bahasa yang dihadapinya serta mempunyai tujuan yang baik dalam mengajarkan bahasa. http://thejargon.multiply.com/journal/item/18/Kegagalan_Pengajaran_Bahasa_IndonesiaPendekatan dalam Pengelolaan Kelas 
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
a. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
b. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
c. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
e. Pendekatan Pengajaran 
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
g. Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi. 
h. Pendekatan Kerja Kelompok 
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
i. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. http://www.sekolah-dasar.blogspot.com/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html
Pengelolaan Kelas adalah Salah Satu Kompetensi Guru  
PERAN guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. 
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. 
Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal.
Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas. Pertama, pendekatan kekuasaan yakni adanya kekuasaan guru dalam mengawasi tingkah laku siswa sekaligus menerapkan norma yang berlaku dan ditaati oleh siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Kedua, pendekatan kebebasan. Dalam proses pembelajaran siswa diberi kebebasan untuk belajar di kelas dan guru tetap mengawasi segala perilaku siswa dalam kelas. Pendekatan kebebasan digunakan untuk membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Ketiga, pendekatan resep yang dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merespons semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Keempat, pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan tersebut menganjurkan tingkah laku guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik dengan merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Kelima, pendekatan perubahan tingkah laku. Pengelolaan kelas merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa di mana tingkah laku siswa yang kurang baik diubah agar dapat menjadi baik dan yang sudah baik diupayakan dipertahankan. Hal ini sangat penting agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Keenam, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial. Pendekatan ini berorientasi pada pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu. Pendekatan ini cenderung pada pandangan penyuluhan. 
Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dengan terciptanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
Yang terakhir, pendekatan pluralistik. Pendekatan ini menekankan pada potensi, kreativitas dan inisiatif guru dalam mengontrol suasana pembelajaran. Karena itu, pendekatan pluralistik harus berdasarkan situasi yang dihadapinya. 
Penggunaan pendekatan ini dalam situasi yang mungkin dipergunakan dengan mengombinasikan dua atau tiga pendekatan di atas, atau pendekatan lain yang dinilai guru dapat efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam arti kata, pendekatan ini lebih bersifat fleksibel. 
Sebagai catatan tambahan, tidak ada satupun pendekatan yang cocok dan tepat untuk semua situasi. Makanya, pendekatan mana yang terbai digunakan, semuanya bergantung pada kreativitas dan kemampuan guru mengelola kelas dalam berbagai situasi yang tentu berbeda pula.
Sumber: www.fajar.co.idhttp://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=830&Itemid=28
  WebMail | KSI | Messenger | Kartu Elektronik | Forum Diskusi | Net Kuis | Iklan Baris | Kliping Berita
Belajar Mengajar Online
Ayo Bersama Meningkatkan Mutu Belajar dan Mengajar
« Antara Kurikulum, Pengajaran dan Buku Teks
PENDEKATAN INQUIRI DALAM MENGAJAR »
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
<>Selanjutnya pendekatan dalam pembelajaran, ada juga pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendakatan pembelajaran. Masalahnya ialah proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada yang bersifat kelompok
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas, untuk menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas antara lain ialah,
1. Pendekatan Otoriter
2. Pendekatan Permisif
3. Pendekatan Pengubahan Perilaku
4. Pendekatan Sosio - Emosional.
5. Pendekatan Proses Kelompok
1. Pendekatan Otoriter’
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
a. perintah dan larangan
b. penekanan dan penguasaan
c. penghukuman dan pengancaman
d. Pendekatan perintah dan larangan
Pendekatan ini tampak mudah, namun kenyataan kurang mantap dalam pelaksanaan. Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertenru.
Seorang pengajar yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif. Jangkauan tidakan reaktif ini hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.Kesulitan lain bahwa pendekatan perintah dan larangan itu bersifat “resep”, karena kalau resep yang berupa perintah atau larangan itu gagal maka pengajar sulit untuk menghadapi masalah yang dihadapi. Sehingga dengan pendekatan perintah dan larangan ini tidak membuka peluang bagi tindakan yang luwes dan kreatif. Di sinilah sifat otoriter dari pendekatan perintah dan larangan itu datang bertumpuk untuk melakukan tugas-tugas di sekolah. Akibatnya pengajar kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan hanya mengandalkan penerapan pendekatan tersebut untuk masalah yang sama, yang mirip dan sementara cocok. Dengan demikian pengajar dikatakan kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
b. Pendekatan penekanan dan penguasaan
Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mernentmgkan diri pengajar sendiriseirama dengan dengan pendekatan pertama, pengajar banyak memerintah. mengomel danmemarahi. Seiring pula dalam melakukan pendekatan dengan memakai pengaruh orang-orangyang berkuasa (misalnya pimpinan sekolah, orang tua). Melakukan tindakan kekerasansebagai pelaksanaan penekanan, menyatakan ketidaksetujuan dengan kata-kata, tindakan ataupandangan menunjukkan sikap penguasaan. Semua contoh pendekatan demikian bersifatotoriter atau berkuasa atas diri orang lain. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelaskita menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan ini maka memungkinkanpembelajar diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya- Bagi pengajar pendekatan
penguasaan dan penekanan ini berarti memaksakan kehendak bagi orang lain. Sehingga tahaptoleransinya kurang terbina. Pendekatan semacam ini kurang tepat, kurang toleransi. kurangbijaksana.
c. Pendekatan Hukuman dan Pengancaman
Pendekatan penghukuman muncui dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran. menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakai: atau menghukum seseorang di depan pembelajar, memaksa pembelajar untuk meminta maaf. memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini tidak dibenarkan karena kurang manusiawi setiap pembelajar kurang mendapatkan penghargaan sebagai individu yang mempunyai harga diri. Pendekatan penghukuman dan pengancaman ini termasuk penanganan yang kurang tepat, bersifat otoriter kurang manusiawi
Berdasarkan dari pendekatan-pendekatan yang otoriter ini kiranya bila dilaksanakan dapat memberi pengaruh tertentu, tetapi hasil-hasil yang muncui da sekedar mengubah tingkah laku sesaat. Sangat disayangkan apabila tindakan itu diikuti oleh tingkah laku yang negatif pada diri pembelajar. Pada umumnya tindakan otorite kurang menguntungkan, hasilnya berupa tingkah laku atau pemecahan sementara. Sementara tersebut belum menjangkau inti permasalahan yang sebenarnya. melainkan baru
menjangkau gejala-gejala yang muncul dipennukaan belaka.
2. Pendekatan Permisif
Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan
pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar.
Berbagai bentuk pendekatan dalam peiaksanaan pengeiolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar.
a. Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar diantaranya:
• meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
• memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan .
• menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya
• menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain
• mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota
Melalui pendekatan ini pengajar memandang mudah, tak banyak risiko. Namun sebenarnya pengajar gegabah dalam mengambil cara pendekatan, terlalu memandang mudah mengalihkan, menukar, mengganti suatu tugas atau penanggung jawab. Padahal pembelajar memiliki harga diri pribadi serta pola berpikir yang masing-masing tidak sama.
b. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan. Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu meiakiikan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
3. Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan ini berdasar pada teori bahwa semua perilaku pembelajar baik yang disukai maupun yang tidak adalah hasil belajar. Melalui pendapat tersebut maka dapat dikenal prinsip-prinsip bahwa:
Semua bentuk pendekatan yang berupa penguatan positif maupun negatif, hukuman, penghilangan berlaku dalam proses belajar bagi setiap tingkatan umur dan semua keadaan. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruh oleh kejadian-kejadian yang Berlangsung di lingkungan
a. Pendekatan Penguatan
Teori pengubahan perilaku menyatakan bahwa penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya akan memperoleh ganjaran. hadiah (penguatan atau pendorong). Contoh : Pada akhir tahun ajaran. kelas akan memberi hadiah bagi yang meraih kejuaraan. Usaha pemberian hadiah atau ganjaran ini ini dimaksud untuk memberi penguatan tertentu
agar muncul suatu penampilan perilaku baru yang semakin mantap. kuat dan disetujui. Perilaku yang diperbuat berupa perilaku yang disukai maupun yang tidak disukai. Perilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk diteruskan.
Contoh : Di kelas seorang pembelajar menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi kurang menyenangi pelajarn Matematika. Kedua perilaku terhadap dua pelajaran yang disenangi perlu diperkuat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu. Bila perilaku yang disukai menghasilkan suatu hasil belajar dengan pola perilaku yang baik perlu diberi penguatan berikutnya berupa ganjaran atau hadiah. Berarti hasil belajar yang berupa perilaku itu dapat diteruskan. Penguatan dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Umumnya penguatan diberikan kepada pembelajar yang menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar perilaku tertentu yang dikuasai pembelajar disebut penguatan positif. Sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil kepada diri pembelajar disebut penguatan negatif.
b. Pendekatan penghukuman dan penghilangan
Teori pengubahan perilaku melalui penggunaan perangsang yang tidak menyenangkan bentuk menghilangkan perilaku yang tidak menyenangkan disebut penghukuman untuk menghilangkan atau meniadakan. Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.
Para penganut pendekatan pengubahan perilaku berpendapat bahwa :
Mengabaikan atau menghilangkan perilaku yang disukai dan memperlihatkan persetjuan terhadap perilaku yang disukai merupakan tindakan yang efektif untuk membina tingkah laku pembelajar dalam kelas, memperlihatkan persetujuan atas tingkah yang disukai merupakan kunci dalam pengelolaan kelas melalui pengubahan perilaku ini.
Melalui empat proses yakni penguatan positif, penguatan negatif, penghukuman dan penghilangan maka tugas pengajar adalah menguasai, menerapkan proses tersebut secara tepat serta mengawasi tingkah laku pembelajar dengan penuh kewaspadaan.
4. Pendekatan Iklim Sosio Emosional
-Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi
dari hubungan yang baik antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pembelajar. Hubungan diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara pribadi yang dipen’garuhi oleh
a. Sikap keterbukaan dan tidak berpura-pura.
b. Penerimaan dan kepercayaan pengajar kepada pembelajar dan sebaliknya.
c. Rasa simpati pengajar terhadap pembelajarnya.
Pengajar yang akan menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu menyadari kenyataan bahwa “Cinta” dan “rasa harga diri” merupakan dua kebutuhan dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar jika pembelajir itu ingin mengembangkan perasaaii harga diri sukses. Suatu pengaiam sukses perlu muncul pada diri pembelajar dan pembelajar perlu belajar meraih sukses melalui ^engalaman sendiri. Tugas belajar dalam pengelolaan kelas adalah membuka kemungkinan sebesar-besarnya bagi pembelajar bertindak dan menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk memandang .dirinya sebagai individu yang berharga. Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan yang menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi, kecemasan, tanpa harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah laku menyimpang.
Kelas yang diliputi oleh hubungan inter personal yang baik merupakan kondisi yang beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang berkondisi dan bersituasi demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan tentram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar oleh kekuasaan, penekatan tertentu. Penekanan sistem sosio emosional berakar dari pandangan yang menutamakan hubungan saling menerima, sikap empati sebagai sesama manusia. Melalui pendekatan ini pembelajar benar-benar percaya bahwa pengajar penuh dedikasi dalam membina belajarnya. Apabila pembelajar perilaku menyimpang maka pengajar dapat memisahkan kesalahan dari orang yang berbuat salah, dan menolak perbuatan yang menyimpang.
Fungsi pengajar ialah mengembangkan hubungan baik dengan setiap pembelajar. Bila pengajar ingin secara maksimal membantu pembelajar belajar perlu melaksanakan sikap kesadaran diri sendiri, keterbukaan, sikap menerima, menghargai mau mengerti dan menaruh rasa empati. Ide-ide pokok pendekatan iklim sosio emosional ini dikemukakan oleh Carl Rogers. Sebagai rangkuman Rogers mengemukakan kondisi-kondisi yang mempengaruhi keberhasilan belajar yakni:
- Sikap pengajar terhadap pembelajar dalam bentuk penampilan diri secara wajar,penerimaan diri, dan rasa empati. Ide ini diperkuat oleh pendapat Girrot bahwa komunikasiyang interaktif perlu diselenggarakan oleh pengajar yang berorientasi pada pembelajar.Menurut Glosser, penciptaan iklim sosio emosional terjadi bila tcrdapat keterlibatan tanggung jawab sosial danmerasa dirinya “berarti” bagi orang lain. Bagi mereka yang meiakukan perilakumeyimpang hendaknya dibantu untuk memperbaiki diri. Salah satu saran dan Glosseruntuk mengatasi masalah kelas/kelompok hendaknya melalui pertemuan kelas untukmemecahkan masalah sosial.Pandangan Dreikurs terhadap iklim sosio emosional adalah :
- pentingnya suasana kelas yang demokratis pengajar, pengajar dan pembelajar bersamasama mewujudkan tanggung jawab terhadap kelas demi kelancaran belajar mengajar.
- pemikiran dan kewaspadaan terhadap pengaruh akibat-akibat tertenru baik akibat alamiah
dan akibat logis.
Contoh akibat alamiah dari kekurang hati-hatian bekerja di laboratorium tangan terbakar, kompor meiedak, sedang akibat logisnya ialah pembelajar yang bersangkutan mengganti alat yang dirusakkan, menanggung de.i’a pada tangan yang terluka.
Dengan pendekatan iklim sosio emosional ini pembelajar dipandang sebagai “keseluruhan pribadi yang sedang berkembang”, bukan semata-mata sebagai seorang yang mempelajari pelajaran tertentu saja
Anggaran dasar dari pengelolaan kelas ini bahwa :
a. Kegiatan pembeiajar di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok tertentu.
b. Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
5. Pendekatan Proses Kelompok
Penggunaan pendekatan proses kelompok ini menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang sehat yang terdapat dalam kelas yang didukung adanya saling berhubungan antar pembelajar dalam kelompok di kelas itu. Peranan pengajar diutamakan pada upaya mengembangkan dan mempertahankan ke eratan hubungan antar pembelajar semangat produktivitas, dan orientasi pada tujuan kelompok bukan tujuan pribadi. Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas pemakaian pemdekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa perilaku yang menyirnpang pada dasarnya bukan peristiwa yang menimpa perorangan tetapi menyangkut banyak orang dalam kelompok berupa peristiwa sosial yang harus ditanggung oleh sekelompok orang. Tujuan utama dari pendekatan proses kelompok ini ialah membantu kelompok bertanggung jawab atas perbuatan kelompok anggota-anggotanya dalam kegiatan kelompok sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan pengawasan yang mantap terhadap terhadap anggota-anggotanya.
Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pengajar ialah :
- Meningkatan daya tarik dan ikatan bagi anggota-anggotanya melalui menumbuhkan sikap saling menghargai, komunikasi yang tepat,
- Mengembangkan aturan-aturan dan norma kelompok yang menayangkan, produktif, diterima oleh semua anggota, kompak, bersatu dan bertanggungjawab.
-Menurut Schmuck dan Schmuck ada 6 unsur yang menyangkut pengelolaan kelas melalui proses kelompok yakni harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan hubungan.
a) Harapan merupakan persepsi yang ada pada pengajar dan pembelajar tentang hubungan mereka. Harapan yang akan menyangkut bagaimana anggota kelompok berperilaku amat berpengaruh terhadap suatu kelompok yang efektif. Harapan yang berkembang adalah harapan pada diri pengajar dan pembelajar yang realistik tepat. secara ielas dimengerti oleh pengajar dan pembelajar. Perilaku pengajar menampakkan harapan-harapan yang berkenaan dengan perilaku pembelajar, serta pembelajar berperilaku sesuai dengan harapan pengajar. Semestinya pengajar memiliki harapan agar pembelajamya berperilaku baik sesuai dengan norma kelompok kelasnya.
b) Kepemimpinan diartikan sebagai pola perilaku yang mendorong kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan tak dapai dipisahkan dengan :
• tindakan-tindakan anggota kelompok• menumbuhkan norma kelompok• menggerakkan kelompok untuk berbuat• mengorganisasikan tindakan kelompok• mejiingkatkan mutu interaksi antar kelompok
Juga dalam membina keeratan kelompok. Suatu kelompok dalam kelas tercipta jika terdapat kepemimpinan yang didistribusikan pada semua anggota kelompok. Sehingga setiap anggota merasakan bahwa mereka mempunyai tanggung melaksanakan tugas kelompok dengan baik. Pengajar yang efektif dalam pengelolaan kelas proses kelompok ini adalah pengajar yang mampu menciptakan iklim di mana pembelajar mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan dengan baik yang berorientasi pada tujuan.
c) Kemenarikan berkaitan erat dengan pola keakraban dalam hubungan kelompok. Kemenarikan dapat juga diartikan sebagai tingat hubungan persahabatan di antara para anggota kelompok. Tingkat kemenarikan ini tergantung pada hubungan interpersonal yang positif. Berarti melalui hubungan interpersonal yang baik, positif di antara para anggota kelompok memungkinkan dalam pengelolaan kelas dapat dihindari tingkah laku yang menyimpang. Untuk itu usaha pengajar meningkatkan sikap menerima dari para anggota terhadap situasi dan perubahan ataupun hadirnya orang lain akan membantu efektivitas
pengelolaan kelas melalui proses kelompok.
d) Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, cara merasakan (menghayati), dan bagaimana bertingkah laku yang diakui bersama oleh anggota kelompok. Norma amat besar pengaruhnya dengan hubungan interpersonal, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang diharapkan dari orang lain. Norma kelompok yang efektif adalah yang menjamin prpduktivitas kelompok dan sebaliknya. Tugas pengajar dalam membantu kelompok adalah mengembangkan, menerima dan mempertahankan norma norma kelompok yang produktif. Norma kelompok akan membantu pembelajar untuk bertingkah laku. Norma tidak dapat dipaksakan. Tetapi norma yang produktif akan berkembang sedang norma yang sah produktif akan disingkirkan kelompok. Diskusi kelompok salah satu penerapan metode untuk memberikan norma yang produktif.
e) Komunikasi baik vertikal maupun non verbal merupakan dialog antar anggota kelompok.
Komunikasi melibatkan kemampuan individu untuk sdaling mengemukakan ide-ide dalam perasaan orang lain. Dengan komunikasi akan terjadilah interak,si antar anggota kelompok yang memungkinkan terjadinya proses kelompok yang efektif. Dalam komunikasi yang efektif terjadi bahwa penerima mampu menafsirkan informasi secara benar atau melalui proses yang benar. Tugas pengajar adalah menumbuhkan interaksi dan komunikasi ganda yakni membukakan saluran komunikasi yang memungkinkan semua pelajar secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaan serta mau menrima pikiran dan perasaan yang dikumunikasikan oleh pengajar atau kepada pengajar. Untuk itu pengajar perlu mengem¬bangkan kemampuan khusus berkomunikasi.
f) Keeratan berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok. Keeratan menekankan pada hubungan individu tehadap kelompok secara keseluruhan, bukan hubungan individu lain. Yang mendorong berkembangnya keeratan dalam kelompok adalah :
- adanya minat yang besar bertahap tugas-tugas kelompok.- para anggota saling menyukai- kelompok memberikan prestise tertentu kepada anggotanya.
Keeratan kelompok dapat tumbuh apabila kebutuhan individu danat terpenuhi dengan jalan menjadi anggota kelompok itu. Pengajar dapat mengeiola kelas secara efektif karena ia mampu menciptakan kelompok yang erat dan memiliki Donna yang terarah pada tujuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implikaa dari pengelolaan kelas yang melalui proses kelompok harus berfungsi dan terarah pada tujuan dengan memperhatikan: a) pengajar mampu mengungkapkan harapan dalam hubungan interpersonal antar anggota/kelompok. b) pengajar mampu mewujuSkan pengarah-pengarcinc) pengajar memperlihatkan rasa kemenarikan dan empati dalam membantu pembelajar
(saling menerima. saling memberi, menyediakan kesempatan).
d) pengajar membantu pembelajar mengatasi konflik antara peraturan kelompok dengan
norma kelompok, juga dengan sikap-sikap individu.
e) pengajar mampu mewujudkan keterampilan berkomunikasi.
f) pengajar mampu meningkatkan keeratan hubungan antar anggota dalam kelompok terhadap
kelompok bukan untuk individu yang lain.
Sebagai pembanding anda pelajari jenis kegiatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Johnson dan Mary Bany, bahwa penglolaan kelas ditekankan adanya : ‘
a. Kemudahan (fasilitation), merupakan tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan atau
mempermudah perkembangan kondisi-kondisi positif di kelas, antara lain meliputi:
(1) terbinanya kesatuan dan kerjasama(2) mengembangkan aturan dan prosedur kerja(3) menerapkan kondisi-kondisi positif(4) menyesuaikan dengan pola tingkah laku kelompok.b. Pertahanan, merupakan pola tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki dan memper-
tahankan kondisi yang efektif dalam kelas, antara lain:
(1 ) mempertahankan semangat(3) mengurangi masalah pengelolaan yang bersifat kelompok
Melengkapi pendapat dari nilai-nilai tersebut Kounin mengemukakan tingkah laku yang penting dalam pengelaolaan kelas yang sukses yaitu kegiatan penghayatan, peliputan, gerak sesuai dengan target dan waktiu perhatian yang terpusat pada kelompok semua tingkah laku lebih menyangkut pembelajar sebagai kelompok kelas. Demikian efektivitas proses kelompok dalam pengelolaan kelas tergantung dari gerak dan dinamika kelompok.
B. Prosedur Pengelolaan Kelas
Apabila anda telah mempelajari uraian contoh pada setiap kegiatan utamanya pada kegiatan belajar 3 ini dapat anda memahami bahwa usaha pengelolaan kelas sebenarnya sukar dipisahkan pengertian dan prosedurnya. karena pengelolaan kelas berupa “pekerjaan” -yang harus dilahirkan dan acapkali muncul bahkan setiap pengajar mesti mengalami. Pelaksanaan suatu pekerjaan harus melalui prosedur sebagai tahap yang jelas.
Prosedur adalah langkah-langkah untuk melakukan suatu pekerjaan. Pengelolaan kelas merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakuikan oleh pengajar. Kegiatan-kegiatan mengelola kelas mengacu kepada tindakan yakni:
1) Tindakan preventif (pencegahan), tindakan ini berupa kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
2) Tindakan kuratif (penyembuhan), tindakan ini berupa kegiatan mengatasi atau memperbaiki kondisi karena terjadi tingkah laku pembelajar yang menyimpang baik secara individual maupun kelompok sehingga mengganggu dan menurunkan kondisi optimal dari proses belajar mengajar yang berlangsung. Dimensi tindakan kuratif dapat pula dibagi dalam dua aspek tindakan yakni:
• aspek tindakan yang segera diambil oleh pengajar kajena terjadi gangguan sewaktu waktu
• aspek tindakan terhadap tingkah laku yang telah terlanjur dalam beberapa lama berlangsung supaya tidak berlarut-larut. Prosedur pengelolaan kelas merupakan langkah langkah yang ditempuh untuk melakukan pekerjaan pengelolaan kelas dengan baik. Langkah-langkah yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan masalah mulai dari merencanakan sampai menyusun suatu langkah-langkah operasional. Tindakan pencegahan merupakan lerapi yang tepat sebelum munculnya tingkah laku yang nienyimpang dan mengganggu kondisi belajar mengajar. Langkah-langkah dalam tindakan pencegahan bersifat strategis ian mendasar. Adapun prosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan sebagai:
1. Peningkatan kesadaran diri sebagai “pengajar”
Peningkatan kesadaran diri sebagai pengejar inilah yang paling suategis dan mendasar karena mampu meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini untuk. menghilangkan sikap otoriter dan sikap permisif yang dipandanng kurang manusiawi dan kurang realistik.
2. Peningkatan kesadaran siswa
Peningkatan kesadaran pembelajar pada dirinya untuk menanggulangi sikap kemalasan, sikap menyerahkan tanggung jawab, kurang puas. Mudah kecewa, mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Oleh karena itu pembelajar perlu memahami hak dan kewajiban sebagai pembelajar dalam suatu kelompok, kelas aiau sekolah.
3. Sikap tulus hati, kejujuran dari pengajar
Sikap tulus hati, jujur, polos, terbuka adalah suatu modal untuk menciptakan kondisi yang optimal untuk membelajarkan pembelajar. Karena sikap pengajar inilah pembelajar menjadi semakin percaya dan merupakan stimulus yang positif
4. Mengenal masalah dan menemukan alternatif pendekatan pengelolaan kelas.
Seorang pengajar hendaknya mampu mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku pembelajar yang sifatnya individual maupun kelompok.
Tingkah luku yang menyimpang dari pembelajar kemungkinan disengaja. mungkin untuk menarik perhatian antara atau untuk merenksi negatif. Untuk itu pendekatan yang dimmakan dalam rnengatasi masalah penuelolaan kelas harus tepat pula
6. Membuat kontak sosila, yang berarti mampu menyusun peraturan. norma.
Nilai dan norma. Nilai dan norma terpadu datang dari pengajar dan pembelajar. Norma disusun -melalui kontak sosial yang baik dengan bentuk daftar aturan atau tata tertib serta sangsi yang mengatur kehidupan kelas. Kontak sosial ini merupakan standar tingkah laku individu maupun kelompok dalam kelas
Prosedur Pengelolaan kelas dimensi penyembuhan
1) Mengidentifikasi pembelajar yang mengalami kesulitan dalam kelas.
Hal ini dengan melihat latar belakang keadaan pembelajar. Dalam langkah ini termasuk identifikasi penyimpangan atau pelanggaran itu.
2) Membuat rencana yang diperkirakan (estimasi) paling tepat untuk menghadapi masalah penyimpangan atau pelanggaran tata tertib. Data dari langkah pertama sebagai dasar penyusunan rencana. Diupayakan rencana penanggulangan atau perbaikan setepatnya agar tidak menimbulkan reaksi negatif.
3) Menetapkan waktu pertemuan dengan pembelajar atas persetujuan bersama. Dalam langkah ini mengandung tiga pokok kegiatan : perlukan pertemuan ini diadakan, kapan ketetapan mengadakan pertemuan untuk mencari penyelesaian.
4) Mengemukakan tujuan pertemuan, manfaat yang diperoleh pembelajar dan sekolah. Maksud pertemuan dijelaskan agar pembelajar menyadari pentingnya pertemuan kelas. Manfaat pertemuan dijelaskan agar pembelajar dapat mengambil hikmahnya dalam tingkah laku dan hidupnya.
5) Kesadaran akan kekurangan pada manusia (pengajar-pembelajar). Pengajar bukanlah yang sempurna pembelajarpun demikian, yang penting bagi kita berusaha menghindari tingkah laku yang menyimpang. Kita menyadari kelemahan. Oleh karena itu tinggal bagaimana sikap kita menghadapi kelas dengan tingkah laku yang hetrogen sehingga akhirnya dari langkah ini pembelajar merasa terhimbau untuk ikut menciptakan kondisi yang optimal bagi proses belajar mengajar.
6) Pengajar berusaha membawa pembelajar kepada pokok masalah terhadap pelanggaran peraturan yang berlaku.
7) Pengajar mengupayakan pembelajar berdiskusi seca.ra aktif dan pembelajar lebih responsif.
 Pertemuan pemecahan masalah sampai terjadi kontak individual dalam memperbaiki tingkah laku pembelajar.
9) Melakukan tindak lanjut dan pengawasan terhadap perubahan tingkah laku pembelajar untuk mendapatkan bahkan seperlunya.
Bila disederhanakan 4 langkah tersebut terdiri dari :
1) Langkah identmkasi masalah
2) Langkah analisa masalah
3) Langkah alternatif pemecahan, pelaksanaan dan penilaian pemecahan masalah.
4) Langkah balikan dari hasil alternatif pemecahan masalah.
10) Melalui prosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan dan penyembuhan hendaknya para pengajar mampu melaksanakan dengan baik agar benar-benar kondisi tercipta dengan optimal untuk kelancaran proses belajar mengajarhttp://pakdesof.blog.plasa.com/

Tidak ada komentar:

Pengikut