RemembeR

" hidup sekali, hiduplah yang berarti"

Mengenai Saya

Foto saya
Allow cendekiawan baru, ktemu dengan aq dlm blog ini. q asli reog city.blog ini berisi secara keseluruhan tentang pengetahuan. harapanq bermanfaat wuat QM-QM

Jumat, 17 April 2009

filsafat pendidikan

Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
Ditulis pada Januari 15, 2008 oleh Pakde sofa

Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.


Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan

Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral. Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.

Sumber Buku Filsafat Ilmu oleh Anna Poedjiadi

Sabtu, 11 April 2009

FUNGSI BERMAIN

FUNGSI BERMAIN

Permainan dapat memperluas interaksi sosial dan mengembangkan keterampilan sosial, yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup bersama, mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat secara umum. Selain itu, permainan akan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh, dan mengembangkan serta memperhalus keterampilan motor kasar dan halus. Permainan juga akan membantu anak-anak memahami tubuhnya; fungsi dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan.

Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memerhatikan peran orang lain. Melalui permainan anak-anak bisa belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak orang lain.

Pada bagian selanjutnya akan disampaikan makna permainan secara lebih terinci, mengikuti sistematika edisi khusus majalah Ayahbunda berjudul "Bermain, Dunia Anak".
BERMAIN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL

Fungsi bermain terhadap kemampuan intelektual dapat dilihat pada beberapa hal berikut ini.

1. Merangsang perkembangan kognitif.

Dengan bermain, sensori-motor (indera-pergerakan) anak-anak dapat mengenal permukaan lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik akan mengajarkan anak akan batas kemampuannya sendiri. Permainan juga akan meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi dan fantasi) sehingga anak-anak semakin jelas mengenal konsep besar-kecil, atas-bawah, dan penuh-kosong. Melalui permainan anak-anak dapat menghargai aturan, keteraturan, dan logika.

2. Membangun struktur kognitif.

Melalui permainan, anak-anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya dan lebih dalam. Bila informasi baru ini ternyata berbeda dengan yang selama ini diketahuinya, anak dapat mengubah informasi yang lama sehingga ia mendapatkan pemahaman atau pengetahuan yang lebih baru. Jadi melalui bermain, struktur kognitif anak terus diperkaya, diperdalam, dan diperbarui sehingga semakin sempurna.

3. Membangun kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan, mengamati, membedakan, meramalkan, menentukan hubungan sebab-akibat, membandingkan, dan menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak-anak akan keteraturan, urutan, dan waktu. Permainan juga meningkatkan kemampuan logis (logika).

4. Belajar memecahkan masalah.

Di dalam permainan, anak-anak akan menemui berbagai masalah sehingga bermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah. Permainan juga memungkinkan anak-anak bertahan lebih lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dapat dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup adanya imajinasi aktif anak-anak. Imajinasi aktif akan mencegah timbulnya kebosanan yang merupakan pencetus kerewelan pada anak- anak.

5. Mengembangkan rentang konsentrasi.

Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang memadai, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain peran (pura-pura menjadi dokter, ayah-anak-ibu, guru, dll.). Ada hubungan yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak-anak yang tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasi) yang pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku agresif dan mengacau.

BERMAIN DAN PERKEMBANGAN BAHASA

Dapat dikatakan bahwa kegiatan bermain merupakan "laboratorium bahasa" buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak bercakap-cakap satu dengan yang lain, berargumentasi, menjelaskan, dan meyakinkan. Jumlah kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka dapat menemukan kata-kata baru.
BERMAIN DAN PERKEMBANGAN SOSIAL

Perkembangan sosial yang terjadi melalui proses bermain adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan sikap sosial.

Ketika bermain, anak-anak harus memerhatikan cara pandang teman bermainnya, dan dengan demikian akan mengurangi sikap egosentrisnya. Dalam permainan itu pula anak-anak dapat belajar bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan haknya, dan peduli akan hak orang lain. Anak-anak juga dapat belajar apa artinya sebuah tim dan semangat tim.

2. Belajar berkomunikasi.

Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus dapat mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Karena itu melalui permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain. Di sini pula anak belajar untuk menghargai pendapat orang lain dan perbedaan pendapat.

3. Belajar mengorganisasi.

Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda dan karena itu dalam permainan ini anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan siapa yang akan menjadi apa. Melalui permainan ini anak-anak juga dapat belajar bagaimana menghargai harmoni dan mau melakukan kompromi.

BERMAIN DAN PERKEMBANGAN EMOSI

Emosi akan selalu terkait di dalam bermain, entah itu senang, sedih, marah, takut, dan cemas. Oleh karena itu, bermain merupakan suatu tempat pelampiasan emosi dan juga relaksasi.

1. Kestabilan emosi.

Adanya tawa, senyum, dan ekspresi kegembiraan lain mempunyai pengaruh jauh di luar wilayah bermain itu sendiri. Adanya kegembiraan/perasaan senang yang dirasakan bersama ini dapat mengarah pada kestabilan emosi anak-anak.

2. Rasa kompetensi dan percaya diri.

Bermain menyediakan kesempatan kepada anak-anak untuk mengatasi situasi. Kemampuan mengatasi situasi ini membuat anak merasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula yang akan mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan teman-temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis).

3. Menyalurkan keinginan.

Di dalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi "ikan", bukan "cacing"; bisa juga ia menjadi "komandan" pasukan perangnya, bukan "prajurit" biasa.

4. Menetralisir emosi negatif.

Bermain dapat menjadi "katup" pelepasan emosi negatif anak, misalnya rasa takut, marah, cemas, dan memberi anak-anak kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.

5. Mengatasi konflik.

Di dalam bermain sangat mungkin akan timbul konflik antara satu anak dengan lainnya dan karena itu anak-anak bisa belajar memilih alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.

6. Menyalurkan agresivitas secara aman.

Bermain memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi "raksasa", misalnya, anak-anak dapat merasa "mempunyai kekuatan" dan dengan demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya yang intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapa pun.

BERMAIN DAN PERKEMBANGAN FISIK

Melalui bermain kemampuan motorik, anak-anak dapat berkembang dari kasar ke halus.

1. Mengembangkan kepekaan penginderaan.

Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai bentuk; merasakan tekstur halus, kasar, lembut; mengenal bau; suara dan bahkan rasa. Anak-anak bisa juga mengenali kekerasan benda, suhu, warna, dsb.

2. Mengembangkan keterampilan motorik.

Dengan bermain, seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang, berguling, mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, meluncur, memanjat, berayun, dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak-anak dapat belajar merangkai, menyusun, menumpuk, mewarna, juga menggambar.

3. Menyalurkan energi fisik yang terpendam.

Bermain dapat menyalurkan energi berlebih yang ada di dalam diri anak-anak, misalnya dengan bermain kejar-kejaran, bergelut, atau lainnya. Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat menyebabkan anak-anak tegang, gelisah, dan mudah tersinggung.

BERMAIN DAN KREATIVITAS

Di dalam bermain, anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat mengasah daya kreativitas anak-anak. Adanya kesempatan untuk berpikir lepas dari batas-batas dunia nyata menjadikan anak-anak dapat mengembangkan proses berpikir yang lebih kreatif yang akan sangat berguna untuk kehidupan nyata sehari-hari.
MANFAAT BERMAIN DALAM SEKOLAH MINGGU

Setelah mengerti manfaat bermain secara umum di atas, marilah kita sekarang mengarahkan perhatian kita kepada manfaat bermain dalam program sekolah Minggu.

1. Membantu perkembangan individu.

Melihat begitu pentingnya permainan untuk kehidupan anak-anak, akankah kita masih terus berdebat tentang "perlu tidaknya" atau "baik tidaknya" memasukkan permainan ke dalam program sekolah Minggu? Dengan memasukkan permainan yang tepat ke dalam program sekolah Minggu, kita membantu anak-anak untuk hidup atau membantu mereka bersiap untuk menghadapi hari-hari depannya. Di sinilah sebetulnya gereja berkesempatan mengambil peran membangun pribadi seorang individu yang mempunyai dampak serius bagi gereja dan juga negara karena masa kanak-kanak ini mempunyai efek yang paling besar dalam kehidupan selanjutnya sebagai seorang individu manusia. Bila gereja tidak memberi kesempatan anak untuk bermain, anak-anak akan bermain di tempat yang mungkin tidak kita inginkan. Atau bila gereja tidak memberi kesempatan bagi anak- anak untuk bermain secara sehat, mereka akan melakukan permainan yang tidak sehat di tempat lain.

Memang waktu penyelenggaraan sekolah Minggu teramat pendek dibandingkan dengan kegiatan yang lain. Akan tetapi jika dilaksanakan dengan baik, sekolah Minggu dapat berperan banyak. Untuk meningkatkan peran sekolah Minggu dalam pembentukan pribadi seseorang, perlu dipikirkan acara lain selain jam pelaksanaan sekolah Minggu.

2. Membantu penyampaian firman Tuhan.

Adanya program sekolah Minggu yang juga memasukkan unsur bermain ternyata membantu proses penyampaian firman Tuhan. Uji coba rekan satu tim kami menunjukkan bahwa setelah adanya permainan, anak- anak dapat tahan lebih lama dalam mendengarkan firman Tuhan. Ada beberapa hal yang membuat acara bermain cukup membantu proses belajar firman Tuhan.

3. Anak-anak menjadi senang dan puas.

Dengan bermain, anak-anak merasa puas, senang, dan hatinya menjadi terbuka untuk dapat mendengar firman Tuhan. Jelas, inilah yang diharapkan dalam program sekolah Minggu. Betapa pun penting dan indahnya firman Tuhan disampaikan, tidak akan banyak memberikan efek apabila hati pendengarnya tertutup.

4. Anak-anak melepaskan energi berlebihnya.

Anak-anak masih memiliki energi yang besar dan perlu pelepasan. Dalam bermain, anak-anak dapat melepaskan kelebihan energinya dan karena hal ini, anak-anak bisa tahan cukup lama untuk berkonsentrasi dalam mengikuti firman Tuhan. Energi berlebih yang tidak disalurkan biasanya akan mendorong anak-anak untuk bermain sendiri, berlari-larian, atau mengganggu kawan lain saat firman Tuhan disampaikan.

5. Anak-anak lebih memahami arti firman Tuhan.

Permainan dapat digunakan pula sebagai alat untuk menjelaskan firman Tuhan dan karena itu, melalui permainan anak-anak dapat lebih memahami arti firman yang disampaikan oleh guru sekolah Minggu.

Sebagai penutup ingin disampaikan, "Ajaklah anak-anak untuk bermain agar mereka lebih siap menghadapi dan menjalani kehidupan di dunia ini dan mereka siap pula menerima Yesus dan hidup sebagai murid Kristus."
Sumber:
# Menciptakan Sekolah Minggu yang Menyenangkan, Sudi Ariyanto dan Helena Erika, , halaman 75 - 89, Gloria Graffa, Yogyakarta, 2003.

Puzzle Yang Tepat untuk si Dua Tahun

Puzzle Yang Tepat untuk si Dua Tahun


Semenjak Sina umurnya 1 tahunan saya pernah iseng membelikan puzzle bentuk2 ayam. Mulai dari telurnya, terus telur menetas, jadi anak ayam terus jadi ayam jantan deh. Awalnya Sina ga bisa.. itu wajar.. sampai ibu saya bilang "sina sih jangan di beliin mainan kaya gitu belum bisa..". Tapi, saya membelinya juga bukan buat supaya sina langsung suka dan bisa memainkan puzzle. Saya membelinya, karena ingin memberikan mainan yang ada manfaatnya buat Sina. Yang penting, yang harus kita perhatiin jangan memaksa si anak untuk langsung bisa. Alhamdulillah, pas sina umur sekitar 18 bulanan dah bisa masukkin kepingan puzzle ke papan berlubang sesuai bentuknya.

Saya juga dapet neeh artikel tentang puzzle buat anak yang umurnya kurang lebih 2 tahun. Saya dapet dari tabloid Mom & Kiddie Edisi 20 Th II. Isinya bermanfaat banget buat saya dan sina.

Permainan Edukatif. Menurut Mayke S. Tedjasaputra, Psi, menjelang usia dua tahun, anak-anak sudah bisa dikenalkan dengan permainan puzzle. Pasalnya, gerakan motorik tangan serta jari-jemari anak sudah cukup terampil untuk memasang kepingan puzzle. Secara kognitif, anak juga sudah siap untuk mengenali bentuk.

Puzzle termasuk alat permainan edukatif (APE). APE dirancang untuk mengembangkan kemampuan anak belajar sejumlah keterampilan. Misal melatih motorik halus, melatih anak untuk memusatkan perhatian dan memahami konsep tertentu seperti bentuk, warna, ukuran dan jumlah.

Gambar Utuh. Disarankan Mayke, pada awalnya perkenalkan puzzle dengan gambar utuh kepada si dua tahun anda. Alat permainan puzzle ini disebut form board, dimana kepingan dimasukkan ke dalam papan berlubang yang sudah tersedia sesuai bentuknya. Sebelumnya bekali dia, nama dan bentuk-bentuk gambar tersebut.

Biasanya jumlah kepingan form board antara 4-6 buah dengan ukuran besar dan diberikan knob agar anak mudah memegang dan memasangkan kepingan puzzle. Perlu diingat kemampuan, ketrampilan dan minat anak berbeda-beda.

Jenis-jenis Puzzle. Puzzle sendiri beragam jenisnya. Ada yang terbuat dari karton tebal dan ada yang terbuat dari kayu. Seiring waktu, semakin tinggi usia anak, maka makin tinggi tingkat kesulitan puzzle akan semakin bertambah. Biasanya, hal ini ditunjukkan dengan jumlah kepingan yang semakin banyak dengan ukuran yang lebih kecil.

Puzzle gambar hadir dengan berbagai tema menarik, misalnya hewan peliharaan (kucing, ayam), transportasi (mobil, bus, pesawat), binatang laut (ikan, kepiting, kuda laut), perabotan rumah tangga (tempat tidur, sofa, meja) dan sebagainya.

Cara Pilih Puzzle yang Baik. Bahan puzzle sebaiknya dari kayu atau karton tebal agar tidak mudah rusak. Agar aman, cat yang dipakai harus memenuhi syarat antitoksin sebab anak masih suka memasukkan mainan ke dalam mulut.

Tips memilih puzzle yang baik adalah potongan kepingan harus memenuhi presisi bentuk dan tidak ada bagian yang tajam sehingga memudahkan anak memasang ke tempat yang sesuai, tidak membuat anak prustasi dan tidak membahayakan. Sebaiknya jangan memilih puzzle dari karton tipis sebab akan menyulitkan anak memasang bentuk karena mudah terlepas satu dengan yang lain dan mudah rusak.

Bentuk Dasar. Dikatakan Mayke, puzzle huruf dan angka sebaiknya tidak diberikan sebelum anak mengenali bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, bujur sangkar dan lainnya. Karena anak akan menemui kesulitan dan akhirnya menolakk bermain puzzle. Perlu dicamkan, anak usia dua tahun tidak mutlak diberikan puzzle huruf dan angka. Lebih baik mereka memahami konsepnya secara mendasar, misalnya apa arti 'dua' yang berarti ada dua benda. Huruf tidak mempunyai makna, karena itu lebih baik anak dua tahun diperkaya dengan pembendaharaan kata ketimbang mengajarkan huruf yang sangat abstrak di mata anak.

Ciptakan Rasa Senang. Ada anak yang tidak bermain puzzle, karena membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Biasanya anak yang sangat suka bergerak kurang tekun bermain puzzle. Untuk mengatasinya, orang tua bisa mencoba memperkenalkan puzzle sedikit demi sedikit. Misal dalam satu kesempatan, cukup dikerjakan 2 kepingan dan dilanjutkan kemudian. Sebaiknya tidak memaksa anak.

Anak lebih senang berpartisipasi jika kepingan puzzle diletakkan di lantai atau di meja. Ajaklah anak untuk memulai menyusun sendiri atau membantu menyelesaikan apa yang sedang anda kerjakan. Pastikan anda mempunyai persediaan puzzle yang memadai dan berikan satu-satu jangan sekaligus semuanya. Ketika anak sudah bosan bermain berkali-kali dengan puzzle yang sama segera berikan puzzle yang lainnya.

Jangan lupa, berikan pujian dan dukungan setiap usaha anak agar mereka merasa percaya diri dan berkemampuan.
Posted by nani at 2:19 AM
Labels: Pendidikan, Tipshttp://rumah-aliya.blogspot.com/2008/05/puzzle-yang-tepat-untuk-si-dua-tahun.html

Sukses adalah Pilihan Hidup

Sukses adalah Pilihan Hidup Mar 8, '08 8:54 PM
for everyone


Suatu hari anak saya memilih beberapa jenis permainan puzzle, semacam permainan menggabung-gabungkan potongan-potongan gambar. Anak saya kemudian memilih jenis puzzle yang terdiri dari 1.000 keping potongan gambar. Setelah menentukan pilihan, mulailah ia melaksanakan langkah-langkah menyusun keping demi keping puzzle.

Rupanya ia mempunyai strategi menyusun kepingan-kepingan gambar itu. Mula-mula ia membuat kerangka gambar. Kemudian ia mengelompokkan kepingan-kepingan itu berdasarkan warnanya. setelah itu barulah ia menyusun atau meletakkan kepingan-kepingan tersebut pada tempat yang semestinya.

Semakin banyak kepingan permainan itu, maka akan semakin sulit dikerjakan. Sebenarnya ia bisa saja memilih jenis permainan puzzle yang terdiri dari 5 keping, 6, keping dan seterusnya. Tetapi anak saya sengaja memilih permainan yang terdiri dari ribuan keping. Ia beralasan bahwa semakin sulit permainan akan menghasilkan gambar yang lebih berwarna, bernuansa indah, dan lain sebagainya.

Selain memperhatikan anak saya bekerja menyusun potongan gambar itu, saya juga sibuk berpikir. Jika tanggung jawab hidup semakin besar, mungkin kehidupan ini terasa lebih berat. Namun bila tanggung jawab tersebut dapat diselesaikan dengan baik, maka kehidupan inipun akan terasa lebih berarti, menyenangkan, berwarna dan nikmat.

Hakekat pencapaian kesuksesanpun tidak berbeda. Sama seperti yang dikatakan oleh Dwight D. Eisenhower. “The history of free men is never written by chance but by choice, their choice. – Sejarah seorang manusia merdeka tidak pernah tercipta secara kebetulan, melainkan tercipta karena pilihan mereka sendiri,” katanya. Hakekat kesuksesan adalah pilihan kita sendiri.

Terserah diri kita, akan memilih tanggung jawab hidup yang lebih besar ataukah sedikit? Jika mengambil tanggung jawab yang besar, maka kehidupan akan terasa lebih sulit tetapi mendapatkan nilai hidup yang lebih besar. Apakah kita ingin mendapatkan kehidupan yang sukses dan berharga? Jika Anda benar-benar menginginkannya, ada empat tanggung jawab yang paling mendasar dan menjamin keberhasilan Anda.

Tanggung jawab yang pertama adalah bersikap jujur. Orang-orang yang tulus dan jujur sangat mudah meraih kesuksesan bagi dirinya sendiri sekaligus orang lain. Mengapa demikian? Karena sikap jujur menjadikan kita mudah dipercaya orang lain. Selain itu, kita juga akan semakin percaya diri berusaha mencapai sukses di masa depan. Sebuah pepatah bijak mengatakan, “Confidence is the companion of success. – Percaya diri merupakan pasangan dari kesuksesan.”

Tanggung jawab selanjutnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sukses dan bermakna adalah kemauan untuk berbagi dengan orang lain. Sadari satu prinsip bahwa ‘you reap what you sow’ – Anda akan memanen apa yang Anda tanam. Jika Anda memilih untuk hidup lebih sukses, maka jangan pernah membiarkan diri Anda pelit untuk berbagi dengan sesama.

“False happiness renders men stern and proud, and that happiness is never communicated. True happiness renders kind and sensible, and that happiness is always shared. – Kebahagiaan semu cenderung menjadikan seseorang kejam dan sombong, dan kebahagiaan seperti itu tidak akan pernah berarti. Kebahagiaan yang sesungguhnya menjadikan seseorang baik hati dan peka, dan kebahagiaan seperti itu yang akan sangat berharga dan bermakna tidak saja untuk diri sendiri,” kata Charles de Montesquieu.

Jika Anda berkeras untuk memilih kehidupan yang lebih sukses, maka tanggung jawab yang harus Anda laksanakan berikutnya adalah giat bekerja. Sejarah lebih banyak membeberkan fakta bahwa upaya yang bersungguh-sungguh selalu mewarnai dinamika kehidupan mayoritas orang-orang sukses di dunia ini. Bila Anda berkomitmen untuk bekerja keras berarti Anda sudah memastikan pada pilihan kehidupan yang lebih sukses.

Giat dalam arti mengerjakan pekerjaan yang benar, bukan pekerjaan yang kita sukai. Socrates mengatakan bahwa sesuatu yang sangat berharga bukan hal yang hanya bisa kita gunakan untuk hidup, melainkan untuk hidup dengan benar. “What most counts is not to live, but to live aright,” katanya. Bila Anda memilih untuk melakukan hal-hal yang benar, berarti Anda sudah memilih kehidupan yang sukses dan penuh integritas.

Sukses atau gagal adalah hasil dari apa yang kita pilih. “Events, circumstances, etc., have their origin in ourselves. They spring from seeds which we have sown. – Setiap kejadian, keadaan yang sedang kita alami, dan lain sebaginya…, kembali kepada diri kita sendiri. Semua itu berasal dari benih yang sudah kita tanam,” kata Henry David Thoreau. Apakah Anda memilih untuk hidup sukses, bahagia, dan bermakna dengan melaksanakan tanggung jawab seperti yang diuraikan diatas, ataukah sebaliknya? Semua pilihan ada di tangan Anda sendiri.
Tags: sukses

MAKALAH FILSAFAT PANCASILA TENTANG MENGENAL FILSAFAT PANCASILA DILIHAT DARI SEJARAH DAN PELAKSANAANNYA

MAKALAH FILSAFAT PANCASILA TENTANG MENGENAL FILSAFAT PANCASILA DILIHAT DARI SEJARAH DAN PELAKSANAANNYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita pelajari yaitu Pancasila dan Filsafat memeplajari Pancasila melalui pendekatan sejarah supaya akan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu di tanah air kita Indonesia peristiwa – peristiwa yang saya maksudkan adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila. Melalui pendekatan kami berharap untuk mendapatkan data obyektif dapat menghasilkan kesimpulan yang obyektif pula oleh karena manusia tidak mungkin menghilangkan sikap obyektif sebagai salah satu bawaan kodrat, maka kami bersyukur bila mendapatkan kesimpulan yang obyektif mungkin inter obyektif
Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri karena itu dalam tulisan ini kami mencoba mulai dari masa kejayaan bahwa Indonesia merdeka yang kemidian mengalami penderitaan akibat ulah kolonialisme sehingga timbul perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme tersebut kemudian bangsa Indonesia berhasil meproklamasikan kemerdekaan dan berhasil juga menjawab tanatangan tersebut serta mengisi kemerdekaannya itu dengan pembangunnan. Dalam seluruh peristiwa tersebut Pancasila mempunyai peranan penting

Mengingat hal tersebut pertama tama secara runtun kai kemukakan peristwa penyususnan dan perumusan Pancasila agar mengetahui bagaimana duduk persoalan yang sesungguhnya sehingga masing – masing mendapat nilai yang wajar dan tidak I lupakan. Disamping itu hal kedua yang kami anggap penting adalah pengamalan Pancasila. Kami mengkonstatir bahwa pengmalan Pancasila telah dilakukan pada masa – masa sebelum kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 bahkan juga sebelum masa tersebut

B. Perumusan Masalah
Dalam pembuatan karya tulis ini dapat penulis rumuskan sebagai erkut: pengertian Filsafat, guna filsafat, fungsi filsafat, pengertian Pancasila, unsur unsur Pancasila dn fungsi unsur – unsur Pancasila. Dan masalah yang di bahas dalam karya tulis ini untuk lebih terarah dan tidak terlalu jauh maka penulis membatasi masalahnya hanya pada arti fungsi dan guna filsafat Pancasila

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian adalah:
1. Metode wawancara dan interview
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data, komunikasi tersebut dilakuan dengan ialog ( Tanya jawab ) secara lisan baik langsung maupun tidak langsung wawan cara dapat bersifat langsung yaitu pabila data yang akan di kumpulkan langsung di peroleh dari data ndvidu yang bersangkutan. Wawancara yang bersifat tidak angsg yatu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memeperoleh keterangandari orang lain maupun dari sumber buku
2. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan – kegiatan yang sedang berlangsung
3. Angket atau daftar isian
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data melalui tulisan
Metode ini dapat bersifat langsung atau tidak langsung saama halnya dengan metode wawancara

D. Kerangka Berpikir
Dilihat dari sejarah bahwa Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, penuis enggunakan erangka berfikir elau pendekatanflsafat Pancasila dan sejarahnya
Di bentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Bung Karno diangkat jadi ketua PPKI dan Bung Hatta menjadi wakil ketua. Cepat dan tindaknya emerdekaan Indonesia sangat tergantung pada bangsa Indonesia sendiri setelah bekerja keras tanpa mengenal lelah dan dukungan seluruh rakyat Indonesia khususnya pemuda – pemuda kita, pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 di dalam rapat tebuka gedung pegangsaaan 56 Jakarta, kemerdekaan indnesia di proklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia




BAB II
ANALISA MASALAH

Istilah filsafat sudah tidak asing lagi di dengarnya istilah ini dipergunakan dalam berbagai konteks tapi kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan fungsi filsafat serta kegunaan filsafat dengan uraian yang singkat ini saya mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat adalah suatu yang tidak sukar dan dapat di pelajari oleh semua orang di samping itu saya menghrapkan agar kita tak beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan tidak berpijak realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakan sebagai modal untuk memepelajari pancasila dari sudut pandang filsafat
Agara setiap orang yang belum mengetahui tentang pancasila dari sudut falsafat
a. Di dalam bukunya elements of Philiosofi Kattsott 1963 tentang perenungan filsafat
b. Di dalam bukunya filosofi
c. Selanjutnya mengutip pendapat Van Melsen yang yang intinya adalah menggambarkan flsafat sebagai refleksi di dalam ilmu pengetahuan
d. Di dalam bukunya Perpectivies In Social Philosophy Back 1967
Dan kita menganal filsafat pancasila dari sejarah pelaksanaannya diantara bangsa – bangsa barat tersebut bangsa belandalah yang akhirnya dapat memegang peran sebagai penjajah yang benar – benar yang menghancurkan p\rakyat Indonesia mengingat keadaan perjuangan bangsa Indonesia kita harus mengetahui perjuangan sebelum tahun 1900
Sebenarnya sejak waktu itu pula mempertahankan kemerdekaan dengan cara bermacam – macam perlawanan rakyat Indonesia untuk menemtang kolonialisme, belanda telah berjalan dengan hebat. Akan tetapi masih berjalan sendiri – sendiri dan belum ada kerja sama melelui organisasi yang teratur
Dan kita harus mengetahui unsur – unsur pancasila yang menjiwai perlawanan terhadap kolonialisme jika pejuangan bangsa Indonesia mengetahui dan teliti dengan seksama maka unsur – unsur pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan tersebut kita harus menganalisa dalam pembahasan seperti:
1. Apa unsur – unsur ketuhanan dalam penjajahan belanda
2. Unsur kemanusiaan dalam penjajahan belanda yang menghancurkan rakyat indonesia dengan tidak ada perikemanusiaan, suatu siksaaan yang di derota rakyat indonesia
3. Unsur persatuan terhadap penjajahan belanda yang memecah belah persatuan
4. Unsur kerakyatan terhadap penjajahan belanda tentang kebebasan untuk mendapatkan pendidikan dan seolah olah rakyat kecil tidak ada artinya
5. Unsur yang terakhir yaitu keadilan tentang penjajahan belanda tidak ada keadilan untuk mendapatkan kebutuhan kebebasan hak

BAB III
INTI PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengetian Filsafat
Tulisan ini saya menggunakan istilah pengertian dan bukan definisi. Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang antara lain mengatakan bahwa pada hakekatnya sukar sekali memberikan definisi mengenai filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif . Sebenarnya pendapat yang demikian ini tidak hanya mengenai filsafat saja akan tetapi juga menganai definisi lain. Terhadap berbagai kata berikut ini misalnya ekonomi, hukum, politik kebudayaan negara masyarakat manusia , juga terdapat definisi itupun bermacam-macam pula.
Oleh karena itu dalam tulisan ini saya ingin mengemukakan pengertian mengenai filsafat dan cirri-ciri berfilsfat, dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakannya sebagai modal untuk mempelajari Panca Sila dari sudut pandang filsafat.
1. Pengertian menurut arti katanya, kata filsfat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata Philein artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti Hasrat atau Keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
2. Pengertian umum dari pengertian menurut kata-katanya tersebut di atas filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakekat atai sari atau inti atau esensi segala sesuatu dengan cara ini jawaban yang akan diberikan berupa keterangan yang hakiki. Hal-hal mana sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya
3. Pengertian khsusu, karena filsafat telah mengelami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai factor, mislanya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-masing.
Ada berbagai aliran didalam filsafat ada suatu bukti bahwa bemacam-macam pendapat yang khsusu yang berbeda satu sama lain. Misalnya.
- Rationalisme mengagunggkan akal
- Materialisme mengagunggkan materi
- Idealisme mengagunggkan idea
- Hedonisme mengagunggkan kesenangan
- Stoicisme mengagunggkan tabiat salah
Aliran – aliran tersebut mempunyai kekhususan masing-masing dengan menekankan kepada sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus diberi tempat yang tinggi , misalnya kesenangan, kesolehan, kebendaan, akal dan idea.

B. Fungsi Filsafat
Berdasarkan sejara kelahirannya filsafat mula-mula berfungsi sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain sehingga filsafat harus menjawab segala macam hal, soal manusia filsafat yang membicarakannya, demikian pula soal masyarakat, soal ekonomi, soal negara, soal kesehatan dan sebagainya.
Kemudian karena berkembang keadaan dari masyarakat banyak problem yang tidak dapat dijawab lagim oleh filsafat. Lahirnya ilmu pengetahuan sanggup memberikan jawaban terhadap problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Pengetahuan Ekonomi dan lain-lain.
Ilmu pengetahuan tersebut lalu berpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus. Demikianlah lahirnya berbagai disiplin ilmu yang sangat banyak dengan kekhususannya masin-masing.

Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-oleh tidak mempunyai hubungan. Jika ilmu-ilmu pengetahuan tersebutterus bersusaha memperdalam dirinya akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut diatas filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistim. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetauhuan yang telah kompleks tersebut. Filsapat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan

Cara ini dapat pula di gunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Cara ini dapat saya gambarkan sepertiorang sedang meneliti sebuah pohon wajib meneliti ke seluruh pohon tersebut, ia tidak hanya meperhatikan daunnya, pohonnnya akarnya, bunganya, buahnya dan sebagian lagi, akan tetapi keseluruhannya dalam menghadapi suatu masalah diharapkan menggunakan berbaga disiplin untuk mengatasinya. Misalnya ada problem sosial tentang kenaikan tngkat kejahatan. Hal ini belum dapat di selesaikan dengan tuntas jika hanya menghukum para pelangarnya saja. Di samping itu perlu di cari sebab pokok. Langkah ini mungkin dapat menemukan berbagai sebab yang saling berkaiatan satu sama lain, misalnya adanya tuna karya, tuna wisma, urbanisasi, kelenbihan penduduk, kurangnya lapangan kerja dan sebagainya. Dari penemuan ini dapat kita ketahui bahwa masalah kejahatan menyangkut berbagai disiplin. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pula oleh berbagai disiplin

C. Guna Filsafat
Berdasarkan atas uraian diatas, filsafat mempunyai kegunaan sbb.
a. Melatih diri untuk berfkir kritik dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematik
b. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersifat sempit dan tertutup
c. Melatih diri melakukan peneltian, pengkajian dan memutuskan atau mengabil kesipulan mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif
d. Menjadikan diri bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem
e. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa
f. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentngan prbadinya maupun dalam hubungan dengan orang lain
g. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang lain alam sekitar dan tuhan yang maha esa

D. Perjuangan Bangsa Indonesia
Sebelum kedatangan bangsa – bangsa belanda bangsa Indonesia telah mengali sejarahnya yang panjang dengan berbagai liku – likunya. Demikian pula bahwa portugis mendapat perlawanan rakyat Indonesia. Diantara bangsa – bangsa barat tersebut bangsa Belandalah yang akhirnya dapat memegang peranan sebagai penjajah yang benr – benr menghancurkan rakyat Indonesia
Mengingat keadaan yang demikian perjuangan bahwa Indonesia melawan penjajahan belanda dan jepang
1. Perjuangan sebelum tahun 1900
Pada umumnya kita telah mengetahui bahwa bangsa Indonesia telah di tindas dan di cekam oleh penjajah belanda selama tiga setengah abad. Hitungan sejak tahun 1596 yaitu pada waktu orang – orang belanda yang di pimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Indonesia. Orang – orang belanda bermula berdagang dan di terima baik oleh bangsa Indonesia ternyata dengan sefala daya dan upaya yang penuh kelicikanberusaha menjajah bangsa Indonesia
2. Perjuangan Setelah tahun 1900
Bangsa Indonesia menyadari bahwa untuk mengusir penjajah tidak cukup hanya dengan cara mengadu kekuatan fisik saja akan tetapi perlu adanya cara yang lebihteratur dan terkordinasi serta terpadu. Betapapun ketatnya penjajah engekang bangsa ndonesia untuk menjadi bodoh, namun terbuka juga jalan bagi sekelompokkecil rang ndonesia untuk endapatkan pendidikan

E. Unsur Pancasila Menjiwai Perlawanan Terhadap Kolonialisme
Jika pejuang bangsa Indonesia itu kita teliti dengan seksama maka unsur – unsur Pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan tersebut diantaranya
a. Unsur Ketuhanan. Pada hakikatnya penjajahan bertentangan dengan ajaran tuhan. Karena penjaahan tidak mengenal cinta kash dan sayang sebagai mana di ajarkan oleh tuhan. Oleh karena itu perlawanan terhadap kolonialisme ada yang di dorong oleh keyakinan melaksanakan tugas – tugas agama
b. Unsur Kemanusiaan. Penjajahan tidak mengenal peri kemanusiaan. Penjajahan pada hakikatnya adalah hendak menemukan kembali nilai – nilai kemanusiaan yang telah di hancurkan oleh penjajah
c. Unsur Persatuan. Di dalam kenyataan memang bangsa Indonesia I pecah- pecah oleh penjajah. Meskipun demikian bangsa Indonesia menyadari bahwa perpecahan akan mengakibatkan keruntuhan sebagaimana semboyan yang berbunyi bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Oleh karena itu bagaimanpun juga persatuan sebagai senjata ampuh tidak hancur sama sekali
d. Unsur Kerakyatan. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesua denga peri peri keadilan penjajahan bertentangan dengan kemerdekaan dan kebebasan
e. Unsur Keadilan. Iatas sudah di sebutkan bahwa penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Hal ini terbukti pada pengalaman bangsa Indonesia yang selama I jaah tidak pernah di perlakukan adil. Apalagi untuk mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya sangat di persukar

F. Pelaksanaan
Pancasila yang unsur – unsurnya di gali dari bangsa Indonesia sendiri kemudian di terima bulat oleh bangsa Indonesia menjadi Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia harus di laksanakan
Pelaksanaan Pancasila ada dua macam yaitu:
a. Pelaksanaan Obyektif
Pelaksanaan obyektif adalah pelaksanaan Pancasila di dalam semua peraturan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu Undang - Undang Dasar 1945 dan peraturan –peraturan hukum yang ada di bawahnya. Seluruh kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan serta segala tertib hokum di Indonesia harus di dasarkan atas Pancasila
b. Pelaksanaan Subyektif
Pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan di dalam diri setiap orang Indonesia yaitu penguasa, warga negara dan setiap orang yang berhubungan dengan Indonesia

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis berusaha menguraikan masalah dalam setiap babnya penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut
Bahwa nsur – unsur Pancasila memang telah di miliki dan di jalankan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Oleh karena bukti – bukti sejarah sangat beraneka ragam wujudnya maka perlu diadakan analisa yang seksama. Karena bukti – bukti sejarah sebagian ada yang berupa symbol maka diperlukan analisa yang teliti dan tekun berbagai bahan – bahan bukti itu dapat diabstaksikan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil – hasil yang memadai. Melalui cara – cara tersebut hasilnya dapat bersifat kritik dan tentu saja ada kemungkinan yang bersifat spekulatif. Demikian pula adaunsur – unsur yang di suatu daerah lebih menonjol dari daerah lain misalnya tampak pada perjuangan bangsa Indonesia dengan peralatan yang sederhana serta tampak pada bangunan dan tulisan dan perbuatan yang ada
Contoh – contoh yang saya tulis diatas, merupakan sebagian bukti atas perjuangan bangsa Indonesia sebagai sejarah bukti – bukti atas peninggalan zaman dahulu misalnya arti dari tiap – tiap bangunan isi dan dan setiap buku tulisan serta lukisan makna dari pembuatan yang ada dengan mengemukakan contoh – contoh ini saya mengharapkan dapat menimbulkan rangsangan untuk elakukan penelitian yang seksama terutama dalam rangka mempelajari filsafat Pancasila dalam tulisan ini setidak – tidaknya saya dapat menyatakan bahwa unsur – unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri dan bukan jiplakan dari luar. Unsur – unsur itu telah ada sebelum tanggal 17 Agustus 1945, bahkan sebelum datangnya kau penjajah dan pernah berfungsi secara sempurna

B. Saran – Saran
Dalam karya tulis ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca dalam pembuatan karya tulis ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan baik dari bentuk maupun isinya
- Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila
- Semoga dengan karya tulis ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan



DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad Notosoetarjo 1962, Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia
2. Notonagoro, Pnacasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III
3. K.Wantjik Saleh 1978, Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI, Jakarta PT. Gramedia
4. Soediman Kartohadiprojo 1970, Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung Alumni

Antara Permainan dan Pertandingan

Antara Permainan dan Pertandingan

Agustus 1, 2007

Ketika berbicara mengenai dimensi dinamis manusia, Prof. Dr. N. Drijarkara, SJ pernah menulis mengenai permainan seperti berikut. “Bermainlah dalam permainan, tetapi janganlah main-main! Mainlah dengan sungguh-sungguh, tetapi permainan jangan dipersungguh. Kesungguhan permainan terletak dalam ketidaksungguhannya, sehingga permainan yang dipersungguh tidaklah sungguh lagi” (1969: 83).

Sang filsuf ini sebetulnya sedang memahami salah satu fenomena manusia yang paling umum dijumpai dan yang mengandung makna yang sangat mendalam. Dia memahami permainan sebagai salah satu aktivitas manusia dengan mana ia membebaskan dirinya. Dalam arti bahwa dengan memasuki permainan, manusia tidak lagi menjadikan hasil akhir dari sebuah permainan tersebut sebagai target yang harus dikejar. Melibatkan diri secara otentik dalam sebuah permainan harus merupakan sebuah proses pembebasan diri secara sadar dari pamrih dan menghayati permainan sebagai realisasi otentik dari diri sendiri. Dalam arti itu, “permainan yang dipersungguh” sebagaimana yang dikatakannya tidak lain dari mengikatkan diri secara sengaja dan kaku pada aturan dan strategi tertentu demi tujuan yang mau dikejar, yakni kemenangan. Permainan yang benar tidak berarti bahwa meremehkan kemenangan, tetapi bahwa kemenangan bukan merupakan tujuan akhir yang dikejar pada dirinya sendiri. Mengapa demikian? Karena semata-mata mengejar kemenangan hanya akan melahirkan kecurangan atau sikap-sikap yang tidak sportif, dan dengan demikian mendegradasikan sebuah permainan sekadar sebagai sarana untuk mengejar ambisi pribadi. Permainan lalu menjadi sangat instrumental dan pragmatis.

Gagasan ini akan sangat menarik untuk ditempatkan dalam konteks filsafat sosial yang dapat menerangi kesejatian kehidupan bermasyarakat kita. George Herbet Mead, seorang pemikir sosial abad yang lalu misalnya, sebetulnya mengajukan gagasan yang kurang lebih sama. Pemikir sosial asal Amerika Serikat ini membuat pembedaan antara permainan (play) dan pertandingan (games). Menurut pandangannya, memasuki sebuah permainan membuat seseorang hanya akan menyadari perilakunya atau peran-perannya demi mencapai kemenangan, tidak peduli bagaimana peran-peran orang lain (Lih. Margaret M. Poloma, 2000: 254-266). Dalam arti ini Mead sejajar dengan apa yang dikatakan oleh Drijarkara sebagai “permainan yang dipersungguh”. Sementara itu, dengan pertandingan seseorang tidak hanya memperhatikan perilaku dan perannya demi mencapai tujuan (kemenangan), tetapi juga perilaku dan peran orang lain. Dengan hanya berpusat pada peran dan perilaku diri sendiri menutup kemungkinan untuk melihat perilaku-perilaku ideal tertentu yang bisa diperoleh dari memperhatikan peran dan perilaku orang lain. Sementara dengan memperhatikan juga peran dan perilaku orang lain memampukan orang untuk senantiasa mengevaluasi peran dan perilaku dirinya, menempatkan dirinya dalam tegangan antara peran dan perilaku pribadi dan perilaku ideal yang disodorkan orang lain (masyarakat).

Pembedaan semacam ini sangat sentral dalam pemikiran Mead ketika ia memahami masyarakat sebagai sebuah proses. Bagi dia, masyarakat itu ibarat pertandingan. Ia adalah sebuah realitas sosial yang sangat dinamis yang di dalamnya manusia berada dalam proses “akan jadi” (will be) dan tidak pernah sebagai fakta sosial yang statis dan lengkap. Dalam masyarakat yang dinamis inilah setiap orang (diri) akan melakukan interpretasi dan internalisasi subjektif atas realitas objektif. Diri kita benar-benar merupakan hasil internalisasi atas apa yang telah digeneralisir orang lain atau kebiasaan-kebiasaan, nilai dan pandangan hidup komunitas yang lebih luas. Diri yang sejati dibentuk dari kemampuan mengatasi (to transcending) dan mensintesakan ketegangan antara diriku atau nilai-nilai dan pandangan hidupku dengan diri objektif atau nilai-nilai atau pandangan hidup komunitas.

Bukankah dengan demikian, realitas sosial yang dinamis ini adalah sebuah pertandingan? Ya, begitulah keadaannya. Setiap anggota masyarakat secara niscaya dihadapkan pada pilihan atau menghayati kehidupan sosial sebagai sebuah permainan (play) atau pertandingan (games). Bagi mereka yang memutlakkan nilai dan pandangan hidup pribadi dan mengharapkan atau memaksa orang untuk mengikutinya akan memilih dan menghayati hidup sosial sebagai sebuah permainan. Sementara bagi mereka yang menghormati dan mengidealkan nilai-nilai tertentu dari masyarakat sebagai yang melengkapi dan memperkaya nilai dan pandangan hidupnya akan memilih dan menghayati kehidupan sosial sebagai sebuah pertandingan.

Tanpa harus mereduksikan kekayaan realitas sosial, sebenarnya tidaklah sulit untuk membidik beberapa perilaku sosial berbangsa dan bernegara yang dihayati semata-mata sebagai permainan. Upaya yang secara sengaja dilakukan untuk membebaskan diri dari tuntutan keadilan hukum dengan memanfaatkan celah-celah hukum tertentu yang lemah harus disebut sebagai pemaksaan peran dan nilai pribadi atas nilai-nilai komunitas. Belum lagi ketidakberanian kita dalam mengejar dan mengungkapkan korupsi dengan dalih bahwa kita mau membiarkan proses yang ada sekarang berjalan menurut ketentuan hukum yang ada. Padahal nyata bahwa hukum yang ada banyak kali mengandung cacat yang dapat dimanfaatkan untuk membebaskan diri dari jerat yang dipasang oleh hukum itu sendiri. Perilaku-perilaku sosial-politis lainnya seperti penyalahgunaan dana sumbangan kemanusiaan, money politic dalam pemilihan pejabat, dan sebagainya harus disebut sebagai pemaksaan nilai-nilai pribadi dan pelecehan terhadap nilai-nilai komunitas yang ideal dan objektif.

Orang bisa saja berdalih – dan ini sah-sah saja – bahwa mengapa ia harus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai komunitas yang dalam konteks ini dikategorikan sebagai ideal dan objektif itu. Bagi mereka yang memiliki kekuasaan berhadapan dengan lemahnya aparat penegak hukum, “pembebasan diri” dari nilai dan norma ideal masyarakat itu dapat saja dilakukan. Dan tampaknya kita memang tidak dapat berbuat banyak ketika law enforcement masih sangat lemah. Bahkan dalam pemikiran Mead sendiripun disebutkan bahwa individu tidak harus menyesuaikan diri begitu saja dengan nilai-nilai komunitas yang ideal itu. Individu dapat saja bertindak alternatif dalam arti dia mengatasi nilai dan norma masyarakat. Tetapi itu tidak dalam arti negatif bahwa individu tersebut meremehkan atau tidak mempedulikan nilai dan norma komunitas. Dengan bertindak alternatif, individu justeru menunjukkan kepada masyarakat nilai dan norma ideal tertentu yang untuk saat itu belum dihayati sebagai nilai dan norma yang ideal. Dalam arti itu bertindak alternatif sebagaimana dimaksudkan Mead dapat membawa perubahan masyarakat.

Jelas ini berbeda dengan sikap dan tindakan-tindakan tertentu dalam masyarakat kita sebagaimana disebutkan di atas. Yang kita saksikan di negara kita bukanlah tindakan alternatif sebagaimana dimaksudkan Mead, tetapi tindakan alternatif dalam arti pemaksaan kehendak dan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Yang lebih sering terjadi di republik ini adalah menghayati kehidupan berbangsa dan bernegara sekadar sebagai sebuah permainan. Layaknya sebuah permainan, yang dikejar adalah keuntungan dan kemenangan diri sendiri. Apakah orang lain dirugikan atau terpaksa kalah karena sikap dan perbuatan sosial kita bukan menjadi soal yang harus diperhatikan.

Kehidupan sosial yang dihayati dalam sintesis antara nilai-nilai pribadi dan komunitas dan penghayatan atasnya sebagai sebuah pertandingan yang justeru membedakan kita dari binatang yang menghayati hidup semata-mata sebagai sebuah permainan. Jika demikian, apakah sikap menomorsatukan kepentingan diri dan meremehkan nilai dan norma sosial masih layak dianggap sebagai tindakan sosial yang khas manusia? Wallahuallam!***
http://jeremiasjena.wordpress.com/2007/08/01/antara-permainan-dan-pertandingan/

FILSAFAT SEBAGAI PEMAKNAAN HIDUP

http://arkoun.multiply.com/journal/item/33/Fungsi_Filsafat_Dalam_Kehidupan
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/filsafat-ilmu/
FILSAFAT SEBAGAI PEMAKNAAN HIDUP
Ditulis pada Mei 17, 2006 oleh pormadi

FILSAFAT SEBAGAI PEMAKNAAN HIDUP

Plato dan Aristoteles mengikuti jejak gurunya, Sokrates. Keduanya menganggap filsafat untuk kehidupan manusia yang lebih baik, jujur, adil dan manusiawi. Baik Plato maupun Aristoteles memandang filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang kurang lebih lengkap. Filsafat membuat hidup manusia bermakna, bukan hanya secara pribadi dalam studi; melainkan juga dalam hubungannya dengan hidup bersama.

Bagi Plato, orang yang telah belajar filsafat adalah orang yang telah “keluar” dari kegelapan gua dan melihat “cahaya”. Maksudnya, filsuf ialah seorang pribadi yang karena “diterangi” cahaya matahari pengetahuan kebijaksanaan, mampu membeda-bedakan segala sesuatu secara jelas dan benar dalam hidup. Sementara orang yang tak belajar filsafat, menurut Plato, bagaikan orang yang tinggal dalam gua, tinggal dalam kegelapan ketidaktahuan yang menyesatkan. Karena dia tidak mampu membedakan mana yang baik dari yang tidak baik; yang benar dari yang tidak benar. Penjelasan analogal Plato ini menentukan tesis filosofisnya mengenai hidup bersama, yaitu bahwa hanya filsuflah yang pada akhirnya pantas menjadi raja atau memimpin. Dalam Plato, fungsi filsafat menemukan artinya di dini, dalam penerapannya dalam tata hidup bersama.

Sedangkan Aristoteles memikirkan filsafat secara lebih luas dalam konteks hidup manusia yang kompleks ini. Baginya, filsafat adalah bagian dari kehidupan manusia. “Manusia dari kodratnya ialah makhluk yang ingin mengetahui”, tegasnya pembukaan buku Metaphisics. Artinya, manusia senantiasa, memiliki kodrat mengetahui, berpikir, belajar dan berfilsafat. Kodrat manusia sebagai makhluk yang “belajar” menurutnya terarah kepada penggapaian pada apa yang diidam-idamkan, yaitu kebahagiaan. Dia juga mengatakan bahwa tiada hidup yang paling manusiawi selain hidup belajar. Belajar memiliki keluhuran dan martabat sendiri dan sekaligus menawarkan kebahagiaan yang tiada tara. Baginya, filsafat menjangkau secara luas ilmu-ilmu alam, politik, etika, puisi, metafisika dan seteruanya. Fungsi filsafat lantas menyentuh setiap bidang kesibukan manusia dalam hidupnya.

DIarsipkan di bawah: culture, philosophy/ filsafathttp://pormadi.wordpress.com/2006/05/17/filsafat-sebagai-pemaknaan-hidup/

FUNGSI FILSAFAT

Apr 15, '08 12:44 PM
for everyone


Fungsi Filsafat Dalam Kehidupan


Untuk apa orang belajar filsafat? Pertanyaan semacam ini sering dilontarkan kepada para pembelajar filsafat, karena merka melihat bahwa secara material, filsafat tidak memiliki sumbangsih. Menurut saya, kunci peradaban bermula dari filsafat yang berawal dari pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai kehidupan. Namun, pembahasan kali ini berbicara perihal beberapa catatan pokok fungsi filsafat yang saya bagi menjadi dua: fungsi filsafat pada umumnya, dan fungsi filsafat dalam kehidupan intelektual bangsa Indonesia pada khususnya.


Fungsi Filsafat


Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari luar jalur secara sisitematik dan secara historis.

Pertama secara sistematis. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.

Jalur kedua melalui jalur sejarah filsafat. Di situ orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat:



(1) suatu penertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.

(2) Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan, dan legitimasi-legitimasi dari pelbagai ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat selalu juga merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekedar menolak ideologi-ideologi secara dogmatisdan dari luar, melainkan untuk menangggapi secara kritis dan argumentatif.

(3) Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam serta kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi.


Dapat dikatakan bahwa filsafat sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti pendidik, pengarang, dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, termasuk kiayi, pendeta, pastur,dan teolog.


2. Filsafat di Indonesia


Filsafat tidak hanya berguna pada umumnya, melainkan mempunyai fungsi khusus dalam lingkungan sosial-budaya Indonesia. Ada beberapa filsafat secara khusus dibangsa ini antaralain:

(1) bangsa indonesia terletak di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan hanya hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan dengan perubahan pandangan hidup, nilai-niali, dan norma-norma. Filsafat dapat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.

(2) Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan- kebudayaan, tradisi-tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan evaluatif, kritis, dan refleksif, sehingga kekayaan rohani rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia.

(3) Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok-kedok ideologis pelbagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia yang masih terjadi. Jadi filsafat membuat sanggup untuk tidak tertipu oleh slogan-slogan ideologis, untuk melihat secara terbuka masalah-masalah masalh sosial secara percaturan kekuasaan yang sedang berlangsung.

(4) Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan pada khususnya pada lingkungan universitas-universitas dan lingkungan akademis.

(5) Salah satu fungsi terpenting filsafat adalah bahwa ia menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakanya dialog daantara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur berdasarkan pancasila. Jadi filsafat adalah dasar bagus bagi dialog antar agama, karena argumentasinya mengacu pada manusia dan rasionalitas pada umumnya, tidak terbatas pada pendekatan salah satu agama tertentu itupun tanpa mengurangi pentingnya sikap beragama. Justru para agamawan memerlukan filsafat supaya dapat berbicara satu sama laindan bersama-sama memecahkan masalah-masalah nasional.

* tulisan di atas hanya sebuah analisa terhadap pandangan orang pada umumnya yang menganggap bahwa orang yang belajar filsafat hanyalah orang yang kurang kerjaan.


Tags: filsafat, budaya
Prev: Kebijakkan?
Next: SIAPA AKU; ada yang tahu tentang apa yang terjadi?
reply
share


1 CommentChronological Reverse Threaded
reply
sokateist wrote on Apr 23, '08
FILS(w)afat

yang baca orang goblok



dengan apakah manusia berbincang?
dengan bahasa kata mereka!

dengan apakah mereka berbahasa?
dengan kata jawab mereka?

dengan apakah mereka berkata?
dengan huruf jawab mereka!

dengan apakah mereka menghuruf
dengan simbol kata mereka

dengan apakah mereka menyimbol
dengan pikiran jawab mereka

dengan apakah mereka berpikir???
dengan pikiran; hati(akal) jawab mereka

dengan apakah mereka berhati(berakal)
dengan keinginan jawab mereka

dengan apakah mereka ber-ingin
dengan dorongan kata mereka

dengan apakah mereka didorong
dengan indra jawab mereka

dengan apakah mereka berindra
dengan kebutuhan tubuh pada sesuatu yang dibutuhkannya
jawab mereka

dengan apakah dengan kebutuhan tubuh yang dibutuhkannya itu
dengan kebutuhannya untuk hidup kata mereka

dengan apakah dengan kebutuhannya untuk hidup
dengan pertanyaan- kata mereka

dengan apakah pertanyaan mereka bertanya
dengan bertanya kenapa aku hidup ???? kata mereka

dengan apakah mereka bertanya kenapa???
dengan -rasa ingin tahu- kata mereka

dengan apakah mereka ingin tahu
dengan kebodohannya kata mereka

dengan apakah mereka bodoh
dengan dilahirkan dalam keadaan bodoh kata mereka

dengan apakah mereka dilahirkan dalam keadaan bodoh
dengan misi kata mereka

dengan apakah mereka bermisi
dengan satu tujuan kata mereka

dengan apakah mereka bertujuan
dengan satu perintah kata mereka

dengan apakah mereka diperintah
dengan bahasa

dengan apakah mereka berbahasa?
dengan kata jawab mereka?

dengan apakah mereka berkata?
dengan huruf jawab mereka!

dengan apakah mereka menghuruf
dengan simbol kata mereka

dengan apakah mereka menyimbol
dengan pikiran jawab mereka

dengan apakah mereka berpikir???
dengan pikiran; hati(akal) jawab mereka

dengan apakah mereka berhati(berakal)
dengan keinginan jawab mereka

dengan apakah mereka ber-ingin
dengan dorongan kata mereka

dengan apakah mereka didorong
dengan indra jawab mereka

dengan apakah mereka berindra
dengan kebutuhan tubuh pada sesuatu yang dibutuhkannya
jawab mereka

dengan apakah dengan kebutuhan tubuh yang dibutuhkannya itu
dengan kebutuhannya untuk hidup kata mereka

dengan apakah dengan kebutuhannya untuk hidup
dengan pertanyaan- kata mereka

dengan apakah pertanyaan mereka bertanya
dengan bertanya kenapa aku hidup ???? kata mereka

dengan apakah mereka bertanya kenapa???
dengan -rasa ingin tahu- kata mereka

dengan apakah mereka ingin tahu
dengan kebodohannya kata mereka

dengan apakah mereka bodoh
dengan dilahirkan dalam keadaan bodoh kata mereka

dengan apakah mereka dilahirkan dalam keadaan bodoh
dengan misi kata mereka

dengan apakah mereka bermisi
dengan satu tujuan kata mereka

dengan apakah mereka bertujuan
dengan perintah kata mereka

dengan apakah mereka diperintah
dengan bahasa

dengan apakah mereka berbahasa?
dengan kata jawab mereka?

dengan apakah mereka berkata?
dengan huruf jawab mereka!

dengan apakah mereka menghuruf
dengan simbol kata mereka

dengan apakah mereka menyimbol
dengan pikiran jawab mereka

dengan apakah mereka berpikir???
dengan pikiran; hati(akal) jawab mereka

dengan apakah mereka berhati(berakal)
dengan keinginan jawab mereka

dengan apakah mereka ber-ingin
dengan dorongan kata mereka

dengan apakah mereka didorong
dengan indra jawab mereka

dengan apakah mereka berindra
dengan kebutuhan tubuh pada sesuatu yang dibutuhkannya
jawab mereka

dengan apakah dengan kebutuhan tubuh yang dibutuhkannya itu
dengan kebutuhannya untuk hidup kata mereka

dengan apakah dengan kebutuhannya untuk hidup
dengan pertanyaan- kata mereka

dengan apakah pertanyaan mereka bertanya
dengan bertanya kenapa aku hidup ???? kata mereka

dengan apakah mereka bertanya kenapa???
dengan -rasa ingin tahu- kata mereka

dengan apakah mereka ingin tahu
dengan kebodohannya kata mereka

dengan apakah mereka bodoh
dengan dilahirkan dalam keadaan bodoh kata mereka

dengan apakah mereka dilahirkan dalam keadaan bodoh
dengan misi kata mereka

dengan apakah mereka bermisi
dengan satu tujuan kata mereka

dengan apakah mereka bertujuan
dengan perintah kata mereka

dengan apakah mereka diperintah
dengan bahasa

dengan apakah mereka berbahasa?
dengan kata jawab mereka?

dengan apakah mereka berkata?
dengan huruf jawab mereka!

dengan apakah mereka menghuruf
dengan simbol kata mereka

dengan apakah mereka menyimbol
dengan pikiran jawab mereka

dengan apakah mereka berpikir???
dengan pikiran; hati(akal) jawab mereka

dengan apakah mereka berhati(berakal)
dengan keinginan jawab mereka

dengan apakah mereka ber-ingin
dengan dorongan kata mereka

dengan apakah mereka didorong
dengan indra jawab mereka

dengan apakah mereka berindra
dengan kebutuhan tubuh pada sesuatu yang dibutuhkannya
jawab mereka

dengan apakah dengan kebutuhan tubuh yang dibutuhkannya itu
dengan kebutuhannya untuk hidup kata mereka

dengan apakah dengan kebutuhannya untuk hidup
dengan pertanyaan- kata mereka

dengan apakah pertanyaan mereka bertanya
dengan bertanya kenapa aku hidup ???? kata mereka

dengan apakah mereka bertanya kenapa???
dengan -rasa ingin tahu- kata mereka

dengan apakah mereka ingin tahu
dengan kebodohannya kata mereka

dengan apakah mereka bodoh
dengan dilahirkan dalam keadaan bodoh kata mereka

dengan apakah mereka dilahirkan dalam keadaan bodoh
dengan misi kata mereka

dengan apakah mereka bermisi
dengan satu tujuan kata mereka

dengan apakah mereka bertujuan
dengan perintah kata mereka

dengan apakah mereka diperintah
dengan bahasa

dengan apakah mereka berbahasa?
dengan kata jawab mereka?

dengan apakah mereka berkata?
dengan huruf jawab mereka!

dengan apakah mereka menghuruf
dengan simbol kata mereka

dengan apakah mereka menyimbol
dengan pikiran jawab mereka

dengan apakah mereka berpikir???
dengan pikiran; hati(akal) jawab mereka

dengan apakah mereka berhati(berakal)
dengan keinginan jawab mereka

dengan apakah mereka ber-ingin
dengan dorongan kata mereka

dengan apakah mereka didorong
dengan indra jawab mereka

dengan apakah mereka berindra
dengan kebutuhan tubuh pada sesuatu yang dibutuhkannya
jawab mereka

dengan apakah dengan kebutuhan tubuh yang dibutuhkannya itu
dengan kebutuhannya untuk hidup kata mereka

dengan apakah dengan kebutuhannya untuk hidup
dengan pertanyaan- kata mereka

dengan apakah pertanyaan mereka bertanya
dengan bertanya kenapa aku hidup ???? kata mereka

dengan apakah mereka bertanya kenapa???
dengan -rasa ingin tahu- kata mereka

dengan apakah mereka ingin tahu
dengan kebodohannya kata mereka

dengan apakah mereka bodoh
dengan dilahirkan dalam keadaan bodoh kata mereka

dengan apakah mereka dilahirkan dalam keadaan bodoh
dengan misi kata mereka

dengan apakah mereka bermisi
dengan satu tujuan kata mereka

dengan apakah mereka bertujuan
dengan perintah kata mereka

GOBLOOK
GOBLOKKK
GOBLOKKK
GOBLOK LU PADE YE
GUE BILANG YANG BACA INI GOBLOKKKK
KENAPA MASIH DIBACA JUGAAAAAA

HEHEHEHHEHEH

FILSAFAT ILMU

Filsafat Ilmu
Diterbitkan 13 Januari 2008 sosial budaya dan filsafat 12 Komentar
Tags: artikel, berita, budaya, opini, sosial, sosial budaya dan filsafat, umum
Ads by Google
Wireless Solutions
2.3GHz to 5.9GHz wireless solutions compliant with FCC, IC and ETSI.
www.radwin.com




A. Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)
Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)

B. Fungsi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

C.Substansi Filsafat Ilmu

Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.

1.Fakta atau kenyataan

Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.

Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.

2. Kebenaran (truth)

Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)

a. Kebenaran koherensi

Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.

b.Kebenaran korespondensi

Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik

c.Kebenaran performatif

Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.

d.Kebenaran pragmatik

Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.

e.Kebenaran proposisi

Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.

f.Kebenaran struktural paradigmatik

Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.

3.Konfirmasi

Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.

4.Logika inferensi

Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.

Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)

Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.

D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu

Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia.
Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis.

Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.

Daftar Pustaka

Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung: PPS-IKIP Bandung.

Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.

Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.

Filsafat_Ilmu,

Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.

Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan.

Mantiq, .

Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia

Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari Insani (Yaasin)

Minggu, 05 April 2009

membuat puzzle

PRAKARYA KERTAS III: Bermain Puzzle, Yuk! Jul 18, '08 2:09 AM
for everyone

Ide membuat prakarya berikut adlaah dari sebuah gagasan utuk menyenangkan hati anak2 selagi liburan musim panas yang panjang. Terutama buat putra bungsu saya yang suka sekali dengan puzzle. Lalu karena temanya adalah saya sebagai ibu yang berusaha menyenangkan hati anak2nya, saya masukkan saja pembuatan puzzle ini untuk kegiatan yang sedang berjalan, PRAKARYA KERTAS III. Kali ini PK III diasuh oleh Dyah Dyanita yang memilih judul "Ibu & Anak". Siapa tahu kawan2 yang lain tertarik untuk membuatnya, ayo dicoba!



BAHAN2 YANG DIPERLUKAN:

-- gambar dari majalah bekas atau buku mewarnai yang disukai anak2

-- gunting dan/atau pisau cutter

-- penggaris

-- lem kertas encer (beri setetes air)

-- kuas cat yang sedang ukurannya

-- pensil, spidol hitam

-- kertas kardus dari kemasan bekas atau kertas yang tebal

-- lap dari kain yg bersih















CARA MEMBUATNYA:

1. Bagi gambar yang mau dijadikan puzzle ke dalam beberapa segmen. Saya membagi gambar menjadi 12 segmen. Garisi dengan pensil tipis saja. Lalu gambar tepian berliku2 di masing2 segmen yang akan memisahkan gambar2nya nanti.

2. Lem kertas yang sudah dicampur air sedikit, diaduk supaya rata. Oleskan lem tersebut ke bagian belakang gambar. Tempelkan gambar pada kertas kardus. Ratakan gambar dengan memakai lap kering dari kain.

3. Sesudah gambar terlihat kering, pertegas garis berliku di pinggir2 tiap segmen dengan spidol hitam. Kemudian potong segmen2 tadi dengan gunting atau pisau.

















Selamat berkarya dan main puzzle yuk!

manfaat puzzle

anfaat Bermain Puzzle


Bermain sangat penting bagi anak sebab bermain adalah bekerja bagi anak. Dunia anak adalah dunia bermain dan belajar yang bersifat paling alami adalah bermain. Anak mendapat bermacam-macam pengetahuan dari bermain. Contohnya dengan bermain sebagai seorang dokter, anak bisa meniru menjadi dokter dengan memeriksa pasien, dengan begitu anak dapat mengenal sebuah profesi dan dapat mengatasi ketegangan dan ketakutan terhadap dokter. Beberapa manfaat bermain adalah melatih fisik, kecerdasan dan ketangkasan otak. Dengan bermain, anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kesulitan dengan kemampuan sendiri.

Dengan munculnya banyak sekolah di sekitar kita dan banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini, menandakan bahwa orang tua kini sangat mementingkan pendidikan pada putra putri mereka. Sejak dini mereka sudah menerapkan permainan yang bersifat edukatif pada anak anak mereka. Salah satu permainan edukatif adalah adalah permainan puzzle. Puzzle bisa dimainkan mulai dari usia 12 bulan. Untuk pemula mungkin puzzle adalah sesuatu yang kurang menarik untuk anak, padahal puzzle bisa memberikan kesempatan belajar yang banyak. Karena itu sediakanlah waktu luang yang banyak agak bisa memberikan kesempatan untuk ibu dan anak untuk bermain bersama sama. Selain untuk menarik minat anak dan membina semangat dengan belajar bermain puzzle, kesempatan ini dapat merekatkan hubungan ibu dan anak. Untuk ibu yang bekerja juga dapat meluangkan waktu seminggu sekali jika tidak punya waktu setiap hari untuk bermain dengan anak.




Anak dari umur 12 bulan bisa bermain dengan puzzle dua keping. Seiring dengan perkembangan anak, mereka akan menikmati puzzle dengan kepingan yang lebih banyak. Ketika anda melihat anak mulai frustasi dengan sebuah puzzle, berikan saran saran yang menyemangati anak. Misalnya : bagian ini berwarna kuning, bisakah kamu mencari bagian dengan warna yang sama. Berikan ucapan terima kasih dan dukungan pada setiap usaha anak agar mereka merasa percaya diri dan berkemampuan. Rasa percaya diri dapat menambah rasa aman pada anak. Anak akan lebih senang berpatisipasi jika kepingan puzzle diletakkan di lantai atau di meja. Ajaklah anak untuk mulai menyusun sendiri atau membantu menyelesaikan apa yang sedang anda kerjakan. Pastikan Anda mempunyai persediaan puzzle yang memadai dan berikan satu satu jangan sekaligus semua. Ketika anak sudah bosan bermain berkali-kali dengan puzzle yang sama segera berikan puzzle yang lainnya.

Beberapa manfaat bermain puzzle:

. Mengasah otak

Puzzle adalah cara yang bagus untuk mengasah otak si kecil, melatih sel-sel nya dan memecahkan masalah.

. Melatih koordinasi mata dan tangan

Puzzle dapat melatih koordinasi tangan dan mata anak. Mereka harus mencocokkan keping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Permainan ini membantu anak mengenal bentuk dan ini merupakan langkah penting menuju pengembangan ketrampilan membaca.

. Melatih nalar

Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Mereka akan menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan logika.

. Melatih kesabaran
Puzzle juga dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan

. Pengetahuan

Dari puzzle anak akan belajar, misalnya puzzle tentang warna dan bentuk. Anak dapat belajar tentang warna warna dan bentuk yang ada. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya lebih mengesankan bagi anak disbanding dengan pengetahuan yang di hafalkan. Anak juga dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, jenis buah alphabet dan lain lain. Tetapi tentunya harus dengan bantuan ibu atau orang lain yang mendampinginya bermain. (Crist.)

(diambil dari berbagai sumber).


http://www.ibudananak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=169&Itemid=2&menu=2

--------------------------------------------------------------
Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913
Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com

manfaat puzzle

Bermain sangat penting bagi anak sebab bermain adalah bekerja bagi anak. Dunia anak adalah dunia bermain dan belajar yang bersifat paling alami adalah bermain. Anak mendapat bermacam-macam pengetahuan dari bermain. Contohnya dengan bermain sebagai seorang dokter, anak bisa meniru menjadi dokter dengan memeriksa pasien, dengan begitu anak dapat mengenal sebuah profesi dan dapat mengatasi ketegangan dan ketakutan terhadap dokter. Beberapa manfaat bermain adalah melatih fisik, kecerdasan dan ketangkasan otak. Dengan bermain, anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kesulitan dengan kemampuan sendiri.

Dengan munculnya banyak sekolah di sekitar kita dan banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini, menandakan bahwa orang tua kini sangat mementingkan pendidikan pada putra putri mereka. Sejak dini mereka sudah menerapkan permainan yang bersifat edukatif pada anak anak mereka.

Salah satu permainan edukatif adalah permainan puzzle. Puzzle bisa dimainkan mulai dari usia 12 bulan. Untuk pemula mungkin puzzle adalah sesuatu yang kurang menarik untuk anak, padahal puzzle bisa memberikan kesempatan belajar yang banyak. Karena itu sediakanlah waktu luang yang banyak agak bisa memberikan kesempatan untuk ibu dan anak untuk bermain bersama sama. Selain untuk menarik minat anak dan membina semangat dengan belajar bermain puzzle, kesempatan ini dapat merekatkan hubungan ibu dan anak. Untuk ibu yang bekerja juga dapat meluangkan waktu seminggu sekali jika tidak punya waktu setiap hari untuk bermain dengan anak.

Anak dari umur 12 bulan bisa bermain dengan puzzle dua keping. Seiring dengan perkembangan anak, mereka akan menikmati puzzle dengan kepingan yang lebih banyak. Ketika anda melihat anak mulai frustasi dengan sebuah puzzle, berikan saran saran yang menyemangati anak. Misalnya : bagian ini berwarna kuning, bisakah kamu mencari bagian dengan warna yang sama. Berikan ucapan terima kasih dan dukungan pada setiap usaha anak agar mereka merasa percaya diri dan berkemampuan. Rasa percaya diri dapat menambah rasa aman pada anak. Anak akan lebih senang berpatisipasi jika kepingan puzzle diletakkan di lantai atau di meja. Ajaklah anak untuk mulai menyusun sendiri atau membantu menyelesaikan apa yang sedang anda kerjakan. Pastikan Anda mempunyai persediaan puzzle yang memadai dan berikan satu satu jangan sekaligus semua. Ketika anak sudah bosan bermain berkali-kali dengan puzzle yang sama segera berikan puzzle yang lainnya.

Beberapa manfaat bermain puzzle:

• Mengasah otak
Puzzle adalah cara yang bagus untuk mengasah otak si kecil, melatih sel-sel nya dan memecahkan masalah.

• Melatih koordinasi mata dan tangan
Puzzle dapat melatih koordinasi tangan dan mata anak. Mereka harus mencocokkan keping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Permainan ini membantu anak mengenal bentuk dan ini merupakan langkah penting menuju pengembangan ketrampilan membaca.

• Melatih nalar
Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Mereka akan menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan logika.

• Melatih kesabaran
Puzzle juga dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan

• Pengetahuan
Dari puzzle anak akan belajar, misalnya puzzle tentang warna dan bentuk. Anak dapat belajar tentang warna warna dan bentuk yang ada. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya lebih mengesankan bagi anak disbanding dengan pengetahuan yang di hafalkan. Anak juga dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, jenis buah alphabet dan lain lain. Tetapi tentunya harus dengan bantuan ibu atau orang lain yang mendampinginya bermain. (Crist.)
(diambil dari berbagai sumber).

manfaat puzzle

101 Manfaat Puzzle

Neeh.. puzzle, permainan bongkar pasang ini banyak banget manfaatnya loh.. Saya dapet dari artikel di tabloid Mom & Kiddie.

*
Mengasah Otah. Si kecil terasah otaknya dengan memecahkan masalah.
*
Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping2 puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Ini langkah penting menuju pengembangan ketrampilan membaca.
*
Melatih Logika. Membantu melatih logika anak. Misalnya puzzle bergambar manusia. Anak dilatih menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, dan kaki sesuai logika.
*
Melatih kesabaran. Bermain puzzle membutuhkan ketekunan, kesabaran dan memerlukan waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan tantangan.
*
Memperluas pengetahuan. Anak akan belajar banyak hal, warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya mengesankan bagi anak dibandingkan yang dihafalkan. Anak dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, buah-buahan, alfabet dan lain-lain. Tentu saja dengan bantuan ibu dan ayah. (Efa)

Rabu, 01 April 2009

Tips membuat judul dan abstrak dalam penyusunan skripsi, tesis, disertasi, proposal atau karya ilmiah

Seorang researcher atau peneliti, sesudah melakukan sebuah penelitian, sangat disarankan untuk segera memublikasikan hasil penelitiannya. Karena banyak sekali manfaat yang akan diperoleh dengan memublikasikan hasil penelitian, terutama sekali adalah adanya tindak lanjut dari hasil penelitian (pengembangan) atau untuk menghindari tema yang sama dari penelitian itu sendiri.

Banyak sekali cara yang bisa dilakukan researcher dalam memublikasikan hasil penelitiannya, diantaranya bisa dilakukan dengan melalui presentasi pada seminar ataupun melalui jurnal-jurnal ilmiah, lokal maupun internasional.

Pada sesi kali ini kita akan membahas bagaimana menulis judul dan abstrak.

Judul
Bagaimana cara menulis judul yang baik? atau lebih tepatnya mungkin bagaimana kita menarik perhatian calon pembaca artikel kita dengan judul?
Menurut buku, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, judul yang kita buat harus mencerminkan isi keseluruhan makalah. Kedua adalah, usahakan judul yang dibuat menjawab pertanyaan ataupun menawarkan sebuah jawaban. Bisa juga anda membuat tulisan mengenai sesuatu hal yang sedang ramai dibicarakan, misalnya saat ini sedang ramai mengenai masalah isu pemanasan global. Cobalah buat sebuah judul artikel ilmiah mengenai hal ini, niscaya orang yang membaca judul ini akan tertarik untuk membaca keseluruhan artikel Anda.

Abstrak
Setelah judul, sebelum orang lain memutuskan untuk membaca artikel ilmiah anda yang mereka lakukan adalah membaca abstrak. Abstrak menjadi salah satu bagian terpenting dalam sebuah artikel ilmiah. Keputusan apakah seseorang tertarik dengan artikel yang anda buat sebagian besar ditentukan setelah membaca abstrak.
Untuk itu, apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam membuat sebuah abstrak??
Ada 4 langkah penting yang harus dilaksanakan, yaitu
1. Ciptakan ruang penelitan, hal ini dapat dilakukan dengan cara: (a) Nyatakan pentingnya bidang yang anda teliti (bisa ditunjukkan dengan banyaknya penelitian di bidang yang sama), (b) Tunjukkan kekurangan artikel ilmiah yang telah ada (dalam bidang yang sama tentu saja), (c) Tunjukkan tujuan artikel ilmiah anda
2. Uraikan metodologi penelitian dengan jelas
3. Nyatakan hasil penelitian (dengan singkat dan jelas tentu saja)
4. Evaluasi-lah hasil penelitian yang telah dilakukan (kesimpulan artikel)
Panjang abstrak biasanya 100-200 kata. Menurut Hadijanto dalam Zifirdaus, tahap 2 dan 4 tidak wajib ada dalam sebuah abstrak.

Abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat singkat. Untuk makalah, biasanya abstrak itu hanya terdiri dari satu atau dua paragraf saja. Sementara itu untuk thesis dan tugas akhir, abstrak biasanya dibatasi satu halaman. Untuk itu isi dari abstrak tidak perlu “berbunga-bunga” dan berpanjang lebar, cukup langsung kepada intinya saja. Memang kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana merangkumkan semua cerita dalam satu halaman. Justru itu tantangannya. Ada juga tulisan ilmiah yang membutuhkan extended abstract. Kalau yang ini merupakan abstrak yang lebih panjang, yang biasanya disertai dengan data-data yang lebih mendukung. Biasanya extended abstract ini dibutuhkan ketika kita mengirimkan makalah untuk seminar atau konferensi.

Ini sebagian dari review saya terhadap hasi penelitian yang sudah jadi. Kebanyakan abstrak di susun atas ‘jumlah bab’ pada laporan penelitian. Jika suatu laporan/skripsi terdiri dari 5 bab: (1) pendahuluan, (2) kajian pustaka, (3) metodologi, (4) analisis dan pembahasan, (5) penutup. Maka hendaknya menulis abstrak sebagai berikut:
1. Paragraf pertama ringkasan dari ‘latar belakang/pendahuluan’
2. Paragraf kedua ringkasan dari ‘kajian teori’
3. Paragraf ketiga ringkasan dari ‘metodologi’
4. Paragraf keempat ringkasan dari ‘analisis dan pembahasan’
5. Paragraf kelimaringkasan dari ‘penutup/kesimpulan dan saran’

Pengikut