RemembeR

" hidup sekali, hiduplah yang berarti"

Mengenai Saya

Foto saya
Allow cendekiawan baru, ktemu dengan aq dlm blog ini. q asli reog city.blog ini berisi secara keseluruhan tentang pengetahuan. harapanq bermanfaat wuat QM-QM

Minggu, 24 Januari 2010

Di Sekolah, Anak-anak Bukan untuk Diuji....

Sebagai sebuah bentuk evaluasi, assesment atau ujian mutlak diperlukan. Hanya saja, ada tolak ukur dan standar yang benar-benar perlu disiapkan untuk memberikan ujian kepada anak.

"Apakah si anak didik sudah mampu menganalisa setiap materi yang diberikan oleh si guru?"
-- Antarina S.F. Amir/Managing Director SHI


Demikian hal itu terungkap dalam materi seminar yang disampaikan oleh Managing Director Sekolah High/Scope Indonesia (SHI) Antarina S.F. Amir di Open House SHI: "Changing, So Why Choose a School That Hasn't Changed?" di SHI TB Simatupang, Sabtu (23/1/2010).

"Setelah diuji lalu apa, lalu kalau diuji si anak ternyata tidak bisa bagaimana?" ujar Anita.

Anak-anak didik datang ke sekolah bukan untuk dites dan diuji semata dalam bentuk nilai atau angka-angka, seperti saat ini yang tengah terjadi pada Ujian Nasional (UN). Anak didik, kata dia, adalah subyek pendidikan, yang justeru harus mengetahui learning goals (tujuan pembelajaran) sesungguhnya atas semua yang pernah dipelajari dan diterimanya di sekolah.

Untuk itu, ujian bagi anak didik tidak cukup hanya berpegang pada satu sisi, yaitu kemampuan akademik mereka, yang hanya dibuktikan dengan angka-angka. Antarina mengatakan, bahwa kewajiban pendidik memberikan ujian kepada anak didiknya harus didasarkan pada dua hal, yaitu kemampuan analisa dan soft skills.

"Apakah anak didik sudah mampu menganalisa setiap materi yang diberikan oleh si guru dan apakah dia bisa menceritakan kembali berdasarkan kemampuan analisanya tentang materi itu kepada orang lain, baik itu temannya maupun gurunya, itulah yang harusnya diujikan," kata Antarina.

Dia menambahkan, dengan cara itulah, evaluasi kemampuan anak didik lebih bisa dipertanggungjawabkan, baik kepada sekolah, orang tua murid, dan anak didik itu sendiri. Siswa tidak perlu membohongi diri sendiri dengan berbuat curang atas nilai-nilai yang pantas diraihnya. Pendidik pun bisa mengerti, sejauh mana anak didiknya menyerap materi.

"Orang tua pun tidak perlu risau akan kemampuan anaknya, apalagi sampai harus memberi tekanan mental hingga si anak dinggap telah berprestasi," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Pengikut